Selasa, 24 Oktober 2017

PROLOG Pangeran Mesum yang Kutu Buku

KEDUDUKAN SEORANG KUTU BUKU

Ini agak mendadak, tapi dengarkan dengan serius pertanyaan yang akan aku tanyakan dan pikirkan jawabannya dengan hati-hati.

Pertanyaan : Seberapa pentingkah penampilan luar?

Dewasa ini semua manusia di bumi berlomba-lomba mempercantik penampilan luar mereka dengan berbagai tujuan. Ada yang bertujuan untuk menjadi selebriti, untuk mempermudah dirinya mendapatkan pacar, agar mengikuti mode, bahkan berpenampilan luar menarik sekarang menjadi salah satu syarat di terimanya seseorang dalam suatu pekerjaan. Tapi apakah ini juga berlaku untuk benda mati, misalnya buku? Ayolah tidak usah jauh-jauh, kita sebagai seorang murid sekolahan apakah kita dinilai dari penampilan luar kita?

Jujur saja aku masih bimbang dengan pendapat yang menyatakan bahwa “Jangan nilai sesuatu dari luarnya”. Kalimat masyhur ini mungkin hampir 90% orang akan menyetujuinya. Tapi entah kenapa aku masih ragu. Kalian mungkin pernah mendengar cerita tentang seorang pengemis jalanan yang mengumpulkan uang Rp. 15 juta dalam sebulan dari uang hasil mengemisnya.



Pakaian tak layak pakai, memiliki bau badan yang menyengit, ekspresi muka yang datar, mata yang sayu, rambut yang kusut, tubuh yang kerempeng, atau bahkan sampai anggota tubuh yang “hilang”. Kurang daya tarik apalagi yang membuat orang enggan bersimpati kepadanya?. Lantas dengan pemilihan lokasi yang strategis, pundi-pundi uang pun mulai mengalir dan tanpa kita sadari dia menjadi lebih kaya dari kita hanya dengan mengemis.

Pendapat ini tentunya juga berlaku untuk benda mati seperti buku. Buku yang tebal dengan design sampul yang menarik mata, di dukung penerbit dan penulis terkemuka maka akan divonis “Recommended” oleh orang-orang, tetapi ternyata isinya hanyalah sebuah komedi yang garing dan cerita cinta yang terlalu mengada-ngada. Otakku pun mulai membentuk mind-set bahwa memang benar jangan menilai seseorang hanya dari sampul luarnya. 
Tapi suatu hari aku memikirkannya lagi dan bertanya-tanya apakah pendapat ini memang benar? 


Jika dengan pendapat “jangan melihat sesuatu hanya dari luarnya saja” bisa membuat seseorang menjadi enggan bersimpati kepada pengemis dan tidak jadi membeli sebuah buku. Lalu kenapa masih ada orang yang mengetahui pendapat itu tetapi masih tetap bersimpati kepada pengemis dan masih tetap membeli buku tersebut?

Dengan kata lain, pendapat “jangan melihat sesuatu hanya dari luarnya saja” adalah salah.

Salah satu kepuasaan alami seorang manusia yaitu dengan bisa melihat. Sederhanya, apa yang kita lihat itulah yang akan kita nikmati dan bayangkan. Bohong besar jika kalian mengatakan bahwa penampilan luar seseorang hanya menggambarkan 90% dari keseluruhan orang itu dan 10% lainnya adalah faktor kecantikan alami atau alibi-alibi lainnya. Aku yakin bahwa masih ada orang lain selain aku yang sependapat denganku bahwa 100% dari 101% penampilan luar orang itu menggambarkan seluruh tampilan orang itu seperti apa.

Vonis penampilan luar inilah yang membuat seseorang masih tetap bersimpati kepada pengemis dan masih tetap membeli buku yang di rekomendasikan tersebut walaupun dia tahu pendapat “jangan menilai sesuatu hanya dari luarnya” saat hendak membantu seorang pengemis atau ketika hendak mencari sebuah buku.
  
Biar kuberi permisalan yang mudah dipahami jika kalian belum mengerti.

Contoh sederhananya yaitu peristiwa yang biasa terjadi di lingkungan sekolah. Pada awal MOS sekolah. Tiga cowok berdiri di depan kelas. Mereka adalah kandidat untuk dijadikan ketua pleton. Yang pertama, seorang yang tinggi, keren dan kaya (dilihat dari pakaian dan aksesorisnya). Kemudian yang kedua, seorang yang tingginya sedang, kutu buku dan pemalu (dilihat dari kacamata dan buku kecil di kantong bajunya). Kemudian yang ketiga, seorang yang tinggi, memiliki badan tegap dan tegas (dilihat dari sikapnya saat berdiri dan menatap). 


Bila ini kondisi “Ini baru pertama kali aku melihatnya” maka yang mana yang akan anggota kelas pilih? Pilihan ketiga adalah jawaban yang realistis. Jawaban ini di pengaruhi oleh vonis penampilan luar yang di berikan anggota kelas terhadap ketiga kandidat tersebut. Penampilan luar mereka langsung menggambarkan seperti apa karakter orang tersebut. Walau terkadang kenyataannya malah bertolak-belakang.

Kesimpulanku berakhir dengan pendapat bahwa penampilan luar orang itu menggambarkan seluruh tampilan orang itu seperti apa. Ketika seseorang melihat seorang pengemis jalanan dengan segala penderitaannya maka mereka akan memvonis pengemis tersebut sebagai seorang yang layak di kasihani berdasarkan tampilan luarnya. Walaupun kenyataannya pengemis itu lebih kaya dari kita. Ketika seseorang melihat sebuah buku - buku kuno dengan design yang jelek maka dia hanya menghiraukannya dan hanya mencari buku - buku yang terpajang kata “Recommended”. Walaupun kenyataannya buku kuno itu adalah sebuah masterpiece. 

 

Vonis Ini berlaku untuk semua manusia, termasuk seorang murid sekolahan. Seorang cowok yang tinggi, ganteng, keren, dengan aksesoris yang mewah pasti akan disangka sebagai seorang pangeran yang kaya. Seorang cewek yang cantik, rambut terurai, dan pintar pasti akan disangka sebagai cewek idola sekolah. Begitu juga dengan guru yang berambut botak, berkumis lebat, dan selalu membawa mistar panjang ketika mengajar maka pasti akan disangka sebagai guru killer di sekolah. 

Hal ini juga berlaku untuk pemuda – pemuda sepertiku yang selalu menenteng tas tebal yang berisi buku-buku dengan kacamata yang tak pernah tanggal maka pasti dia akan di kira sebagai pemuda yang kutubuku, pintar dan pemalu.


Aku membagai golongan - golongan murid di sekolah menjadi tiga golongan. Kedudukan pemuda yang divonis sebagai kutubuku berdasarkan tampilan luarnya berada di golongan bawah. Golongan bawah berisi orang-orang biasa nan lemah, kuper, bodoh dan tidak memiliki sesuatu yang menarik. Sedangkan golongan menengah berisi orang-orang yang menarik, kuat, pandai bergaul, pintar dan memiliki sesuatu yang dapat ditawarkan untuk orang lain. Dan golongan atas berisi orang-orang istimewa yang berbeda dari yang lain. Golongan ini merupakan gabungan sifat dari golongan bawah dan menengah sehingga menciptakan sesuatu yang spesial.

Aku sebagai seorang yang hobi membaca buku-buku memang layak divonis sebagai anggota golongan bawah. Membawa buku-buku tebal, membaca di tempat kesunyian dan jarang berinteraksi dengan orang lain adalah alasan yang tepat jika kalian ingin memvonisku sebagai golongan bawah. Tapi satu hal yang harus kalian tahu bahwa aku ini berbeda. Aku ini istimewa. Aku ini seorang elite. Aku adalah golongan bawah yang spesial. Karena kalian semua tidak tahu, bahwa sebenarnya aku adalah seorang [mantan pangeran sekolah]. Dan juga masa lalu kelamku sebagai seorang… [bandit mesum]. 

(nb : Lakukanlah sesutu yang menurut kalian bener, TS hanya beriseng pendapat) 

VOL 1 CHAPTER 1
DAFTAR ISI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar