Jumat, 02 Maret 2018

Prolog - Project Web Novel Sebagai Orang Jelek, Aku Akan Membuat Grup Haremku!


Author: Wekhece

Sekolah itu sejatinya membosankan.

Aku tak terlalu paham dengan jalan pikiran orang lain, tapi menurutku berlama-lama mengenakan seragam dua warna itu terasa memuakkan.

Dan sayangnya, aku sudah berpegang teguh dengan prinsip semacam ini. Tampaknya, sudah cukup lama.

Berangkat ke sekolah, kemudian belajar, terus istirahat, lalu masuk belajar lagi, kebetulan ada jatah makan siang, lanjut belajar lagi, dan sampai akhirnya pulang ke rumah. Aktivitas sehari-hari disekolah seperti ini bukannya cukup menjenuhkan?

Oleh sebab itu, aku jadi kepikiran untuk mengubahnya. 

Coba kau ingat, apa dirimu pernah menontonton serial anime yang bercerita tentang problematika anak sekolahan?

Belajar di kelas, bertemu gebetan, ujian sekolah, menjalani ekstrakulikuler klub, tragedi bullying, kenakalan remaja, kisah persahabatan, cinta segitiga, penolakan dan pengakuan isi hati, arti teman masa kecil, atau bahkan sampai perpisahan yang mengharukan.

Aku menyukainya, semua.

Maksudku, izinkan diriku ini menyukai apa yang biasanya anak seumuranku sering gemari. Aturannya, aku ini juga masih masuk bagian dari mereka, bukan?

Jika harus jujur, diantara semua problematika itu, ada satu hal yang sangatlah kusenangi (atau lebih tepatnya iri) saat menontonnya, satu hal yang sangat mencengangkan….

“Protagonist yang jelek tapi diperebutin oleh banyak heroine yang moe.”

Aku suka bagian ini.

Ini adalah bagian terbaiknya.

Bahkan jika aku mempunyai waktu bebas seumur hidupku, aku mungkin akan memilih untuk menonton anime yang mempunyai genre cerita seperti ini.

Wajah pas-pasan cenderung jelek, tingkah plin plan layaknya anak TK, otak tumpul seperti batu, kemampuan bela diri yang teramat payah, masalah keluarga yang merumitkan, atau bahkan sampai status ekonomi yang mengkhawatirkan.

Meskipun begitu, anehnya, hatiku ini tetap bilang bahwa aku masih saja menyukai genre cerita seperti itu. Aku bahkan memiliki keyakinan yang kuat bahwa masih ada orang lain yang juga menyukai cerita serupa selain diriku ini.

Jika ditanya alasannya, terus terang aku pasti akan dibuat kewalahan  untuk menjawabnya. Aku sering menganggap perasaan ini bersumber langsung dari insting alamiku. Karena secara garis besar, aku merasakan kemiripan nasib antara diriku ini dengan protagonist cerita tersebut.

Singkatnya, aku kerap berpikir membayangkan diriku ini berada di posisi tokoh cerita tersebut.

… Dengan kata lain, aku menyimpan rasa untuk membuat sebuah grup harem!

Wow… tidakkah itu menarik?

Tapi, kemudian aku tersadar bahwa itu semua tidaklah masuk akal. Hal seperti itu hanya merupakan sebuah imajinasi labil dari seorang anak kecil.

Seseorang yang tidak tahu apa artinya keluarga, tidak berhak mengkhayal memiliki teman yang baik.

Seseorang yang tidak tahu apa artinya teman, tidak berhak mengkhayal memiliki sahabat yang pengertian.

Seseorang yang tidak tahu apa artinya sahabat, tidak berhak mengkhayal memiliki pacar yang hangat.

Benar. Seperti itulah kondisi diriku saat ini.

Ketika aku menyelesaikan jenjang menengahku dan masuk SMA, tiba-tiba aku jadi merasa angkuh. Aku menjadi sombong dan mulai melakukan sesuatu yang melewati batas kewajaran.

Malah sebaliknya. Daripada bersikap congkak, aku itu harusnya bersyukur karena diriku ini sudah terbebas dari “tugas-tugasku” yang merepotkan.

Aku harusnya sadar akan hal itu.

Hei, kau yang sedang membaca buku ini!

Pernakah kau mengkhayalkan sebuah dunia fantasi sekolahan berupa surga harem?

Pernahkah kau membayangkan untuk diperebutkan oleh berbagai jenis tipe heroine yang biasanya ada dianime dengan personal diri yang tidak begitu menarik?

Pernakah kau berpikir untuk memilki teman, pacar dan juga keluarga yang harmonis meski kau tidak mempunyai satupun pengalaman darinya?

Jika pernah, maka selamat ya!
Ternyata kau itu tak lain hanyalah sekedar bocah ingusan. 

Bersambung, Chapter 1 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar