VOLUME 1 CHAPTER
5
“CEWEK TSUNDERE”
Bus yang
kutampangi pun kembali berjalan normal. Tak terasa aku telah sampai dihalte pemberhentian
bus pertama semenjak aku berada didalam bus ini. Waktu berlalu dan bus yang
kutumpangi ini juga telah berhenti di halte pemberhentian yang kedua, tak lama
berselang kemudian juga telah sampai di halte pemberhentian yang ketiga.
Di setiap halte pemberhentian
yang bus ini singgahi, banyak penumpang yang keluar masuk bus. Setidaknya dari tiga
halte yang sudah bus ini singgahi, ada sekitar 15 orang dari total 40 penumpang
yang sudah keluar masuk bus. Pada dua halte pertama, jujur aku tidak terlalu
memperhatikan wajah para penumpang yang telah keluar masuk bus dan lebih
memilih membaca bukuku.
Tapi ada kejadian
menarik yang terjadi saat bus ini berhenti pada halte pemberhentian yang
ketiga. Aku melihat kehadiran seorang cewek sekolahan yang lagi-lagi berseragam
sekolah sama denganku dan seorang nenek tua berkaca mata yang memegang tongkat
jalan.
“Silahkan” ucap
petugas knek sambil menolong nenek tua itu masuk.
“Terima Kasih”
jawab cewek sekolahan itu mewakili jawaban nenek tua itu.
Setelah mereka
berdua masuk kedalam bus, mereka sepertinya tampak kebinggungan karena kelihatannya
mereka sudah kehabisan bangku kosong yang dapat mereka duduki. Melihat hal itu, petugas bus
langsung mengambil sebuah inisiatif yang bagus untuk dilakukan.
“Maaf, apa disini
ada yang mau memberikan kursinya kepada mereka berdua ini?”
Suasana menjadi
hening untuk beberapa saat, sampai akhirnya cewek absurd didepanku ini
berdiri dan mempersilahkan nenek tersebut untuk duduk.
“Ahh .. nenek
sini sini.. duduk disini nek” ucap cewek absurd didepanku dengan semangat.
Aku tak mengira
bahwa si cewek absurd itu ternyata seorang yang baik. Baiklah sebagai
balasan perbuatan baikmu, aku akan melupakan satu hal aneh yang kau lakukan
tadi.
“Matuur nuwun .. cah
ayu” ucap si nenek dengan wajah bahagia.
Masalah di bus
tadi seakan-akan telah berhasil diselesaikan setelah si nenek telah mendapatkan
tempat duduknya. Aku terkejut ketika para penumpang bahkan petugas didalam bus
ini tidak lagi mencarikan tempat duduk untuk cewek sekolahan yang masuk
bersamaan dengan si nenek tua tadi.
Hingga bus ini
kembali berjalan, cewek sekolahan itu masih tetap berdiri tanpa ada penumpang
yang memberinya tempat duduk.
![]() |
pelit amat lo pada! |
Aku lalu berpikir
sebenarnya emansipasi wanita itu memang betul adakah? Jika memang ada, apakah emansipasi
wanita itu hanya untuk orang yang lanjut usia saja?.
Aku beranggapan
bahwa para penumpang dibus ini tidak memberikan tempat duduk mereka kepada
cewek itu karena mereka memvonis bahwa dia adalah seorang anak muda yang sehat
dan masih kuat untuk berdiri lama dibus.
Tapi maaf.. aku
tidak sependapat dengan kalian semua. Sebagai orang yang paham betul dengan prinsip
penampilan luar (baca prolog) jelas tidak akan tertipu hanya dengan melihat
penampilan luar cewek itu saja.
Memang benar dari
penampilan luarnya, dia seperti cewek sekolahan yang sehat pada umumnya. Dia
memakai seragam sekolah, mengendong tas bahkan tubuhnya pun bisa dibilang
“sehat”.
Cewek itu memiliki
tubuh yang tinggi, dadanya yang lumayan besar tumbuh, rambut panjangnya
yang ditata rapi. Aksesoris pribadi yang ia kenakan membuat kesan anak
sekolahan normal pada umumnya melekat pada dirinya. Tapi itu semua salah! Kau
harus memperhatikan suatu hal sedetail - detailnya untuk mendapatkan sebuah
kesimpulan akhir yang tepat.
Sebenarnya aku memperhatikan
cewek itu juga bukan karena aku tertarik dengannya. Walaupun aku mengakui bahwa
dia memiliki postur tubuh yang lumayan seksi bagus untuk ukuran seorang anak
SMA. Biar aku beritahu kau hal – hal apa saja yang berhasil kuketahui setelah aku
selesai memperhatikan cewek itu.
Dia berdiri
dengan sedikit menyandarkan punggungnya ke tiang penyangga bus yang kebetulan
berada dekat denganku, kemudian kedua tangannya ia genggam dengan cukup kuat
dan tasnya yang sepertinya sangat kempes bahkan untuk ukuran anak SD.
Tapi ada dua hal
yang paling menonjol tentang dirinya yang hanya bisa kau ketahui jika kau benar
- benar memperhatikannya secara serius yaitu kedua kakinya yang gemetaran dan
raut wajahnya yang putih pucat seperti menahan sakit.
Aku tahu tipe cewek
yang seperti ini. Dia adalah tipe cewek sok kuat yang ingin kelihatan sempurna
dari luar walaupun dia rapuh di bagian dalamnya, sangat rapuh bahkan. Mungkin
tipikalnya mendekati ciri – ciri cewek tsundere lah. Cewek ini
sangat berbeda 1800 dengan cewek absurd yang duduk didepanku
sebelumnya.
Nenek tua itu pun
kemudian duduk dibangku pemberian cewek absurd itu. Karena tidak ada
bangku kosong yang tersisa lagi, cewek absurd bersama cewek sekolahan
yang datang bersama nenek tua tadi pun terpaksa berdiri selama diperjalanan.
Bus pun kembali
berjalan dengan kondisi dua orang cewek yang berseragam sama denganku sedang berdiri
didalam bus. Karena tempat dudukku yang berdekatan dengan tempat pegangan
tangan bagi penumpang yang berdiri, tak bisa kuhindari posisi mereka berdua pun
berada dekat sekali denganku. Mungkin iman kuatkulah yang membuatku enggan
menyentuh mereka.
Saking dekatnnya
jarak aku dan mereka berdua, aku bahkan sampai dapat merasakan cewek absurd
yang duduk didepanku sebelumnya sedang menatatapku tajam melihatku seakan-akan
dia ingin berkata:
![]() |
Damn! |
“Heeeh.. Dasar
cowok brengsek!”
Sungguh
menakutkan! Cewek tsundere yang kuvonis sok kuat tadi sepertinya tidak
mau kalah. Dia menggerak-gerakan lengan kakinya sehingga aku bisa merasakan
getaran kecil dari kakinya seakan-akan memberiku kode bahwa dia sudah kelelahan.
“Ahh.. sial”
gumamku kesal.
Benar – benar cobaan
yang sulit bagiku untuk kembali melanjutkan membaca buku. Meskipun begitu,
entah kenapa aku merasakan ada kejanggalan dari sikap cewek tsundere
itu.
Belum sampai di
pemberhentian halte keempat, cewek tsundere itu tetap saja menggerakan
kakinya bahkan kali ini getarannya jauh lebih kuat dari getaran sebelumnya. Aku
bahkan bisa merasakannya tanpa perlu melihat kondisi kakinya.
Aku lalu mulai
beranggapan bahwa cewek tsundere ini sepertinya bukan hanya ingin menjahiliku
atau bertindak sok kuat, tapi dia sepertinya memang memiliki suatu masalah yang
serius.
Di sisi lain cewek
absurd yang duduk didepanku sebelumnya sepertinya sedang memainkan
hapenya sambil sesekali tetap melirikku dengan mata tajamnya.
“Baiklah.. aku
menyerah”.
Jadi, begini
rencanaku untuk mengakhiri situasi menyebalkan dengan dua cewek sekolahan yang
berseragam sama denganku ini.
Pertama aku akan
menutup buku yang sedang kubaca dan memasukkannya ke kantong jas baju sekolahku
beberapa saat sebelum sampai di halte pemberhentian bus berikutnya. Kemudian setelah
sampai aku langsung bangkit dari tempat dudukku lalu keluar dari bus ini dan
membiarkan mereka berdua “bertarung” tentang siapa yang pantas untuk duduk dibangku
peninggalanku itu. Setidaknya itulah rencana awal yang kubuat.
Tapi sayangnya.. aku
sudah lebih dulu tahu siapa yang akan menang dalam “pertarungan” mereka berdua
bahkan sebelum rencanaku benar – benar kulakukan.
![]() |
apes dah.. |
Cewek tsundere
yang kuvonis sok kuat itu pasti dengan senyum ramahnya akan mempersilahkan cewek
absurd yang duduk didepanku sebelumnya untuk duduk dibangkuku. Aku yakin
99% dia akan benar-benar melakukannya dan tidak memperdulikan keadaannya sendiri.
Sialnya waktu
yang kupakai untuk berpikir terlalu banyak dan bus sepertinya tinggal dalam
hitungan detik akan sampai di halte.
Baiklah karena sudah
dikejar waktu, kali ini aku harus bisa memutuskan secepatnya apa aku akan membiarkan
mereka berdua “bertarung” atau arrrgh membuat cewek tsundere sok kuat
itu untuk duduk dibangkuku.
Aku benar – benar
binggung. Setidaknya kau tolong beritahu aku, jika kau menjadi diriku saat ini
kau akan memilih cewek absurd yang imut itu atau cewek tsundere sok
kuat yang seksi itu untuk duduk di bangku peninggalanmu?.
[Arrggh!]
Tanpa pikir panjang,
aku lalu bangkit dari kursiku dan memegang tangan cewek tsundere yang dia
genggam sangat kuat itu. Aku pun mencoba melihat reaksinya dan ternyata..
[Whoaa]
“Dia ngeblush
TERKEJUT!!”.
![]() |
wa*jir ampun neng |
Aku lalu memanfaatkan
moment dia yang sedang terkejut itu untuk segera memegang tangannya dan menuntunnya
untuk duduk di bangku yang kutempati sebelumnya.
Bola mata yang
membesar, mulut yang terbuka dan ekspresi kagetnya itu adalah reaksi darinya
yang sedikit kunikmati. Aku bahkan sempat bertatap mata sebentar dengannya setelah
dia benar - benar telah duduk di bangkuku.
Karena bus akan
segera berangkat kembali, aku lalu bergegas pergi meninggalkan cewek tsundere
itu tanpa berbicara sepatah katapun.
Aku ragu apa pilihan
yang kupilih ini adalah pilihan yang tepat? Aku bahkan sampai berpikiran bahwa cewek
tsundere itu akan menganggapku sebagai seorang cowok mesum yang telah melakukan
pelecahan seksual terhadapnya dan menyebarkan gosip buruk tentangku yang
tidak-tidak. Lebih-lebih kami berdua berada disekolah yang sama.
[Hahh.…]
Sesampainya di
luar bus, aku menghela nafas panjang yang kutarik sebelumnya. Aku harap dengan
begitu aku dapat melupakan kejadian tersebut. Setelah cukup puas aku pun lalu
bergumam:
“Sungguh
pengalaman pertama naik bus yang sangat melelahkan”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar