Kamis, 09 November 2017

VOLUME 1 CHAPTER 5 - CEWEK TSUNDERE


VOLUME 1 CHAPTER 5

“CEWEK TSUNDERE”

Bus yang kutampangi pun kembali berjalan normal. Tak terasa aku telah sampai dihalte pemberhentian bus pertama semenjak aku berada didalam bus ini. Waktu berlalu dan bus yang kutumpangi ini juga telah berhenti di halte pemberhentian yang kedua, tak lama berselang kemudian juga telah sampai di halte pemberhentian yang ketiga.


Di setiap halte pemberhentian yang bus ini singgahi, banyak penumpang yang keluar masuk bus. Setidaknya dari tiga halte yang sudah bus ini singgahi, ada sekitar 15 orang dari total 40 penumpang yang sudah keluar masuk bus. Pada dua halte pertama, jujur aku tidak terlalu memperhatikan wajah para penumpang yang telah keluar masuk bus dan lebih memilih membaca bukuku.

Tapi ada kejadian menarik yang terjadi saat bus ini berhenti pada halte pemberhentian yang ketiga. Aku melihat kehadiran seorang cewek sekolahan yang lagi-lagi berseragam sekolah sama denganku dan seorang nenek tua berkaca mata yang memegang tongkat jalan.


“Silahkan” ucap petugas knek sambil menolong nenek tua itu masuk.
“Terima Kasih” jawab cewek sekolahan itu mewakili jawaban nenek tua itu.

Setelah mereka berdua masuk kedalam bus, mereka sepertinya tampak kebinggungan karena kelihatannya mereka sudah kehabisan bangku kosong yang  dapat mereka duduki. Melihat hal itu, petugas bus langsung mengambil sebuah inisiatif yang bagus untuk dilakukan.

“Maaf, apa disini ada yang mau memberikan kursinya kepada mereka berdua ini?”

Suasana menjadi hening untuk beberapa saat, sampai akhirnya cewek absurd didepanku ini berdiri dan mempersilahkan nenek tersebut untuk duduk.

“Ahh .. nenek sini sini.. duduk disini nek” ucap cewek absurd didepanku dengan semangat.

Aku tak mengira bahwa si cewek absurd itu ternyata seorang yang baik. Baiklah sebagai balasan perbuatan baikmu, aku akan melupakan satu hal aneh yang kau lakukan tadi.

“Matuur nuwun .. cah ayu” ucap si nenek dengan wajah bahagia.

Masalah di bus tadi seakan-akan telah berhasil diselesaikan setelah si nenek telah mendapatkan tempat duduknya. Aku terkejut ketika para penumpang bahkan petugas didalam bus ini tidak lagi mencarikan tempat duduk untuk cewek sekolahan yang masuk bersamaan dengan si nenek tua tadi.

Hingga bus ini kembali berjalan, cewek sekolahan itu masih tetap berdiri tanpa ada penumpang yang memberinya tempat duduk.

pelit amat lo pada!

Aku lalu berpikir sebenarnya emansipasi wanita itu memang betul adakah? Jika memang ada, apakah emansipasi wanita itu hanya untuk orang yang lanjut usia saja?. 

Aku beranggapan bahwa para penumpang dibus ini tidak memberikan tempat duduk mereka kepada cewek itu karena mereka memvonis bahwa dia adalah seorang anak muda yang sehat dan masih kuat untuk berdiri lama dibus.

Tapi maaf.. aku tidak sependapat dengan kalian semua. Sebagai orang yang paham betul dengan prinsip penampilan luar (baca prolog) jelas tidak akan tertipu hanya dengan melihat penampilan luar cewek itu saja.

Memang benar dari penampilan luarnya, dia seperti cewek sekolahan yang sehat pada umumnya. Dia memakai seragam sekolah, mengendong tas bahkan tubuhnya pun bisa dibilang “sehat”.


Cewek itu memiliki tubuh yang tinggi, dadanya yang lumayan besar tumbuh, rambut panjangnya yang ditata rapi. Aksesoris pribadi yang ia kenakan membuat kesan anak sekolahan normal pada umumnya melekat pada dirinya. Tapi itu semua salah! Kau harus memperhatikan suatu hal sedetail - detailnya untuk mendapatkan sebuah kesimpulan akhir yang tepat.

Sebenarnya aku memperhatikan cewek itu juga bukan karena aku tertarik dengannya. Walaupun aku mengakui bahwa dia memiliki postur tubuh yang lumayan seksi bagus untuk ukuran seorang anak SMA. Biar aku beritahu kau hal – hal apa saja yang berhasil kuketahui setelah aku selesai memperhatikan cewek itu.

Dia berdiri dengan sedikit menyandarkan punggungnya ke tiang penyangga bus yang kebetulan berada dekat denganku, kemudian kedua tangannya ia genggam dengan cukup kuat dan tasnya yang sepertinya sangat kempes bahkan untuk ukuran anak SD.

Tapi ada dua hal yang paling menonjol tentang dirinya yang hanya bisa kau ketahui jika kau benar - benar memperhatikannya secara serius yaitu kedua kakinya yang gemetaran dan raut wajahnya yang putih pucat seperti menahan sakit. 


Aku tahu tipe cewek yang seperti ini. Dia adalah tipe cewek sok kuat yang ingin kelihatan sempurna dari luar walaupun dia rapuh di bagian dalamnya, sangat rapuh bahkan. Mungkin tipikalnya mendekati ciri – ciri cewek tsundere lah. Cewek ini sangat berbeda 1800 dengan cewek absurd yang duduk didepanku sebelumnya.

Nenek tua itu pun kemudian duduk dibangku pemberian cewek absurd itu. Karena tidak ada bangku kosong yang tersisa lagi, cewek absurd bersama cewek sekolahan yang datang bersama nenek tua tadi pun terpaksa berdiri selama diperjalanan.

Bus pun kembali berjalan dengan kondisi dua orang cewek yang berseragam sama denganku sedang berdiri didalam bus. Karena tempat dudukku yang berdekatan dengan tempat pegangan tangan bagi penumpang yang berdiri, tak bisa kuhindari posisi mereka berdua pun berada dekat sekali denganku. Mungkin iman kuatkulah yang membuatku enggan menyentuh mereka.

Saking dekatnnya jarak aku dan mereka berdua, aku bahkan sampai dapat merasakan cewek absurd yang duduk didepanku sebelumnya sedang menatatapku tajam melihatku seakan-akan dia ingin berkata:

Damn!

“Heeeh.. Dasar cowok brengsek!”

Sungguh menakutkan! Cewek tsundere yang kuvonis sok kuat tadi sepertinya tidak mau kalah. Dia menggerak-gerakan lengan kakinya sehingga aku bisa merasakan getaran kecil dari kakinya seakan-akan memberiku kode bahwa dia sudah kelelahan.

“Ahh.. sial” gumamku kesal.

Benar – benar cobaan yang sulit bagiku untuk kembali melanjutkan membaca buku. Meskipun begitu, entah kenapa aku merasakan ada kejanggalan dari sikap cewek tsundere itu. 

Belum sampai di pemberhentian halte keempat, cewek tsundere itu tetap saja menggerakan kakinya bahkan kali ini getarannya jauh lebih kuat dari getaran sebelumnya. Aku bahkan bisa merasakannya tanpa perlu melihat kondisi kakinya. 


Aku lalu mulai beranggapan bahwa cewek tsundere ini sepertinya bukan hanya ingin menjahiliku atau bertindak sok kuat, tapi dia sepertinya memang memiliki suatu masalah yang serius.

Di sisi lain cewek absurd yang duduk didepanku sebelumnya sepertinya sedang memainkan hapenya sambil sesekali tetap melirikku dengan mata tajamnya.

“Baiklah.. aku menyerah”. 

Jadi, begini rencanaku untuk mengakhiri situasi menyebalkan dengan dua cewek sekolahan yang berseragam sama denganku ini.

Pertama aku akan menutup buku yang sedang kubaca dan memasukkannya ke kantong jas baju sekolahku beberapa saat sebelum sampai di halte pemberhentian bus berikutnya. Kemudian setelah sampai aku langsung bangkit dari tempat dudukku lalu keluar dari bus ini dan membiarkan mereka berdua “bertarung” tentang siapa yang pantas untuk duduk dibangku peninggalanku itu. Setidaknya itulah rencana awal yang kubuat.

Tapi sayangnya.. aku sudah lebih dulu tahu siapa yang akan menang dalam “pertarungan” mereka berdua bahkan sebelum rencanaku benar – benar kulakukan.

apes dah..

Cewek tsundere yang kuvonis sok kuat itu pasti dengan senyum ramahnya akan mempersilahkan cewek absurd yang duduk didepanku sebelumnya untuk duduk dibangkuku. Aku yakin 99% dia akan benar-benar melakukannya dan tidak memperdulikan keadaannya sendiri.

Sialnya waktu yang kupakai untuk berpikir terlalu banyak dan bus sepertinya tinggal dalam hitungan detik akan sampai di halte.

Baiklah karena sudah dikejar waktu, kali ini aku harus bisa memutuskan secepatnya apa aku akan membiarkan mereka berdua “bertarung” atau arrrgh membuat cewek tsundere sok kuat itu untuk duduk dibangkuku.

Aku benar – benar binggung. Setidaknya kau tolong beritahu aku, jika kau menjadi diriku saat ini kau akan memilih cewek absurd yang imut itu atau cewek tsundere sok kuat yang seksi itu untuk duduk di bangku peninggalanmu?.

[Arrggh!]
Tanpa pikir panjang, aku lalu bangkit dari kursiku dan memegang tangan cewek tsundere yang dia genggam sangat kuat itu. Aku pun mencoba melihat reaksinya dan ternyata..

[Whoaa]
“Dia ngeblush TERKEJUT!!”.

wa*jir ampun neng

Aku lalu memanfaatkan moment dia yang sedang terkejut itu untuk segera memegang tangannya dan menuntunnya untuk duduk di bangku yang kutempati sebelumnya. 

Bola mata yang membesar, mulut yang terbuka dan ekspresi kagetnya itu adalah reaksi darinya yang sedikit kunikmati. Aku bahkan sempat bertatap mata sebentar dengannya setelah dia benar - benar telah duduk di bangkuku.

Karena bus akan segera berangkat kembali, aku lalu bergegas pergi meninggalkan cewek tsundere itu tanpa berbicara sepatah katapun.

Aku ragu apa pilihan yang kupilih ini adalah pilihan yang tepat? Aku bahkan sampai berpikiran bahwa cewek tsundere itu akan menganggapku sebagai seorang cowok mesum yang telah melakukan pelecahan seksual terhadapnya dan menyebarkan gosip buruk tentangku yang tidak-tidak. Lebih-lebih kami berdua berada disekolah yang sama.

[Hahh.…]
Sesampainya di luar bus, aku menghela nafas panjang yang kutarik sebelumnya. Aku harap dengan begitu aku dapat melupakan kejadian tersebut. Setelah cukup puas aku pun lalu bergumam:

“Sungguh pengalaman pertama naik bus yang sangat melelahkan”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar