Jumat, 10 November 2017

VOLUME 1 CHAPTER 7 - UPACARA BENDERA

VOLUME 1 CHAPTER 7

“Upacara Bendera”

Setelah selesai memakirkan motor di tempat parkir, aku dan Aura pun bergegas turun dari motor dan langsung menuju ke gerbang sekolah. Sesampainya disana, ternyata upacara bendera telah berlangsung. Kami berdua ternyata telah datang terlambat dan terpaksa harus mengikuti upacara diluar gerbang sekolah bersama murid yang datang terlambat lainnya.

kangen upacara hiks..

Setelah kami menaruh tas dan peralatan sekolah lainnya di pos penyimpanan, aku langsung masuk ke dalam barisan upacara diluar gerbang sekolah yang sudah terbentuk sebelumnya. Ada cukup banyak murid yang terlambat datang sepertiku ini.

Total ada 3 baris yang dibuat diluar gerbang sekolah untuk para siswa yang terlambat datang. 3 baris tersebut terdiri dari 2 baris cowok dan 1 baris cewek dimana setiap baris terdiri dari sekitar 5 orang. Aku masuk didalam baris kedua sedangkan Aura berada dibaris ketiga. Jadi total ada 15 orang yang terlambat datang ke sekolah termasuk aku dan Aura.

Aku baru ingat bagaimana kabar cewek tsundere dan cewek absurd tadi? Aku pun lalu melirik barisan cewek disebelahku ini berusaha menemukan keberadaan mereka. Setelah kuperhatikan ternyata aku tidak menemukan keberadaan mereka.

“Syukurlah.. setidaknya pengorbananku tidaklah sia-sia” cetusku lega.

Di hari pertama tahun ajaran baru sekolahku ini, sepertinya upacara bendera dilaksanakan oleh anggota OSIS SMA UB. Mulai dari pemimpin upacara, pembawa acara, pasukan pengibar bendera, pembacaan UUD, sumpah pemuda, paduan suara dan do’a semuanya dikerjakan oleh anggota OSIS yang terpilih. Hanya pembina upacara saja yang bukan berasal dari anggota OSIS.

Sewaktu SMP dulu, mengikuti upacara bendera adalah sesuatu yang sangat jarang kulakukan. Aku dan teman-temanku saat itu pasti akan mencari-cari alasan atau bersembunyi untuk menghindari upacara bendera. Tapi aku tak mau melakukannya lagi. Aku sudah bertekad ingin menjadi pribadi yang lebih baik saat SMA dan melupakan saat-saat kelamku yang seperti itu. 

Jujur salah satu alasan kenapa aku terus menghindari upacara bendera yaitu karena “khotbah” panjang yang diberikan oleh pembina upacara. Berdiri dan mendengarkan khotbah dari seorang pria tua itu bukanlah suatu hal yang menarik untuk dilakukan.

[Waktu upacara terus berlangsung]
Sejauh ini, pelaksanaan upacara bendera yang dilakukan oleh anggota OSIS SMA UB menurutku berjalan cukup mulus tanpa ada kesalahan sama sekali. Sepertinya OSIS sekolahku ini benar-benar berfungsi secara baik.  

Aku menemukan suatu kejadian yang menarik ketika pemimpin upacara hari ini mulai berjalan memasuki lapangan upacara dengan tegapnya.

wew pangeran


Banyak suara bisik-bisik yang keluar. Aku lalu berpikir “Apa dia adalah seorang yang populer?” atau sebaliknya “Apa dia adalah orang yang mempunyai banyak musuh?”.

Aku yang sedang penasaran ini secara tidak sengaja mendengar suara bisik-bisik yang keluar dari mulut cewek-cewek yang datang terlambat sepertiku ini.

gosiper

“Hei.. hei.. coba liat kakak pemimpin upacara itu.. Ganteng banget ya”.
“Hm.. iya.. iya. Ganteng banget kakak itu”.

Setelah mendengar hal itu dan memperhatikan reaksi orang lain, aku pun menyimpulkan bahwa tampaknya dia adalah seorang yang populer. Tampaknya wajah ganteng cowok itu yang hanya 11 12 denganku itulah yang membuat para cewek menjadi historis.

Mendengar keributan itu, para guru pun langsung berinisiatif untuk mendiamkan murid-murid agar upacara dapat kembali dilanjutkan. 

Setelah semuanya kembali normal, upacara kembali dilanjutkan. Bapak Kepala Sekolah SMA UB ditunjuk sebagai pembina upacara untuk hari ini.

Ketika upacara telah memasuki bagian amanah upacara, dia lalu berjalan mendekati microphone yang berada didepannya dan langsung memulai “khotbah” panjangnya.
 
[Salam]
“Selamat pagi calon pemimpin bangsa” ucapnya bersemangat.
“Bapak selaku Kepala sekolah SMA UB sangat bahagia karena bapak dapat berdiri didepan calon pemimpin bangsa ini dan memberikan ilmu pengetahuan saya kepada kalian semua”.

[Seterusnya.. dan seterusnya..]

Setelah mendengar “khotbah” Bapak Kepala Sekolah ini aku menjadi cukup tertarik orang seperti apa sih Kepala Sekolahku ini? Jika dilihat dari penampilan luarnya seperti tubuhnya yang tinggi, badannya yang cukup proporsional, rambutnya yang disisir rapi dan suara keras yang keluar dari mulutnya aku lalu memutuskan untuk memvonis dia sebagai seorang pemimpin yang ambisius, enerjik dan berkharisma.

Respect to onizuka-sensei

Meskipun durasinya cukup lama tapi “khotbah” yang diberikan Bapak Kepala Sekolahku ini sangatlah berisi dan menarik untuk kau dengarkan. Bahkan dia menutup “khotbah” panjangnya itu dengan sebuah ungkapan yang cukup mengugahku.

“Terbanglah tinggi terbanglah jauh!”
“Hentakkan dunia ini dengan prestasi dan kreasimu!”
“Jangan dulu kau mati sebelum dirimu berarti!”

Setelah “khotbah” panjang yang diberikan oleh Bapak Kepala Sekolah selesai, upacara kembali dilanjutkan dan memasuki bagian pengumuman.

Kebanyakan pengumuman yang disampaikan yaitu tentang pengumuman Juara yang berhasil diraih oleh ekskul sekolah. Seperti Juara 1 yang berhasil dicapai oleh ekskul bulutangkis, Juara 1 yang berhasil dicapai oleh ekskul catur, Juara 3 yang berhasil dicapai oleh ekskul Pramuka dan juara-juara lainnya.

Sang juara

Ada satu pengumuman yang sudah ditunggu oleh semua murid sekolah yaitu pengumuman pemenang penghargaan “Siswa Berpretasi”.

Berdasarkan informasi dari pembawa ucara, acara penghargaan ini dilakukan setiap triwulan sekali. Sistem penilaiannya yaitu berupa voting dari semua siswa dan semua guru yang ada disekolah ini. Tiga orang yang memiliki suara terbesar lalu akan masuk ketahap seleksi selanjutnya yaitu melakukan debat dan menunjukkan skill mereka. Setelah itu, mereka akan divoting ulang lagi untuk menentukan pemenang akhirnya.

Penghargaan ini dimaksudkan agar semua murid terpacu untuk selalu berusaha menjadi yang terbaik tentunya dengan cara yang sportif. Tidak hanya piagam penghargaan, bantuan beasiswa pun diberikan sebagai bonus tambahan bagi pemenangnya.  

“Baiklah. Berdasarkan voting yang diperoleh, penghargaan Siswa Berprestasi triwulan sebelumnya diberikan kepada..” ucap pembawa acara mendramatisir suasana.
“Ketua OSIS sekaligus pemimpin upacara kita hari ini.. Selamat.. Kak Giandra!” teriak pembawa acara dengan semangatnya.

[Wohuu.. Oh.. Kak Giandra]

Walaupun para cewek sekolahku sangat historis mendengar hal ini, tapi jujur saja aku tak terlalu terkejut dengan hasil seperti ini. Bahkan dari awal sejak dia mendapatkan sambutan hangat saat hendak memasuki lapangan saja sudah menandakan bahwa sepertinya orang itu adalah kandidat terdepan untuk memenangi penghargaan semacam ini.

 
Tubuhnya yang tinggi, rambutnya yang dipotong undercut, badannya yang tegap dan yang paling penting wajahnya yang ganteng. Posisinya yang merangkap sebagai Ketua OSIS membuat dirinya semakin tampak sempurna saja. Aku akui bahwa dia adalah contoh orang yang tepat untuk kau sebut sebagai seorang pangeran sekolah.

“Terima Kasih semuanya. Saya tidak bisa mendapatkan penghargaan ini jika kalian semua tidak mendukungku. Sekali lagi terima kasih semuanya” ucapnya merendah dengan senyum manis diwajahnya.
“Ohh.. tentu saja pangeranku“ jawab hampir semua cewek disekolah klepek-klepek.

Aku pun penasaran apakah setelah melihat senyum manis dari cowok itu, Aura yang notabene adalah seorang cowok apa juga ikut senang? 

Karena penasaran aku pun mencoba melirik ekspresi muka Aura yang berdiri tepat disebelah kananku.
 
wanj*r
 
[Blush]
Aku kaget melihat raut wajahnya yang senang itu dan senyum-senyum malu yang dia buat.

“Oi.. oi.. Aura. Apa-apaan dengan ekspresi wajahmu itu?” tanyaku kesal.
“Wajahku? Wajahku kenapa emang?” tanyanya polos.
“Tidak.. sudah lupakan saja” jawabku kesal sambil memalingkan muka.

Setelah cowok Ketua OSIS itu selesai mengambil piala penghargaan tersebut, upacara pun akhirnya selesai. Murid yang berada dilapangkan a.k.a tidak terlambat langsung dapat bubar dan balik menuju kelas masing-masing. Dan untuk murid yang datang terlambat akan diberikan hukuman oleh guru kedisplinan. 

Setelah lapangan menjadi kosong karena para murid telah balik kekelas masing-masing, aku dan para murid yang datang terlambat tadi disuruh masuk untuk berdiri didalam lapangan sekolah. Selama berada disana, guru kedisplinan pun memarahi kami dan tak lupa memberikan nasihat kepada kami agar kami tidak datang terlambat lagi. 

Disela-sela kemarahan guru kedisplinan, tiba-tiba saja dia berhenti berbicara dan bergerak mendekatiku. Dia kemudian bertanya kepadaku dengan suara lantangnya. 

ampun sensei

“Kenapa kau tadi terlambat?”. 

Hah? Tunggu dulu... kenapa hanya aku saja yang ditanya? Dan kenapa harus pertanyaan itu? Sial! Apa aku ketiban sial lagi?

[Arggh..]
Mana mungkin aku bilang “Maaf saya tadi datang terlambat karena tadi bangunnya kesiangan, sebelum berangkat kesekolah tadi diganggu adik perempuanku, ketika diperjalanan ban motor saya bocor, ketika dibus ada 2 cewek aneh yang menganggu kenyamananku, ketika memilih untuk berjalan kaki malah jatuh ke comberan dan kejadian-kejadian tak terduga lainnya yang membuat saya jadi terlambat”.

Tidak.. jelas tidak mungkin aku bilang seperti itu. Terus apa yang sebaiknya aku katakan? Baiklah, berpikir.. berpikir.. wahai otakku!

“Maaf.. saya tadi kesiangan, Pak” ucapku polos dengan senyum imut.

[Teehee]

Teehee yang gagal

Bukannya malah berbaik hati, guru kedisplinan didepanku ini malah menjitak kepalaku dengan buku yang dia pegang.

“Baiklah.. saya rasa alasan kalian semua hampir sama dengan cowok ini, betul tidak?” tanya guru kedisplinan didepanku ini dengan lantangnya
“Betul..” jawab semua murid yang terlambat serentak.

Persetan dengan kalian semua. Sepertinya aku hanya dianggap sebagai tumbal disini.

“Kalau begitu langsung saja saya beritahu hukuman untuk kalian semua”.

Karena ini baru pertama kalinya kami terlambat maka guru kedisplinan pun berbaik hati dengan hanya menyuruh kami lari mengelilingi lapangan 5x putaran dan melakukan “operasi semut” agar bisa balik ke kelas masing-masing.

“Hm.. lari 5x putaran?”

Jujur saja lari 5x putaran mengelilingi lapangan sekolah yang hanya setengah ukuran lapangan sepakbola itu terlalu ringan untuk dijadikan hukuman bagiku. Aku yang rutin olahraga pagi setiap paginya pun menjadi orang pertama yang menyelesaikannya.

Setelah itu aku lalu melakukan “operasi semut” dengan cara memungut beberapa sampah yang berserakan disekitar lingkungan sekolah dan memasukkannya ke dalam tong sampah. Setelah aku rasa cukup, aku pun mengkonfirmasi selesainya tugasku kepada guru kedisplinan.

Setelah mendapatkan persetujuan dari guru kedisplinan, aku lalu mengambil tasku yang kutaruh di pos penyimpanan dan langsung bergegas pergi meninggalkan lapangan sekolah.

Ah.. akhirnya selesai juga hukuman sialan ini dan dengan begitu aku bisa segera membaca bukuku yang sudah lama menungguku.

Selamat tinggal lapangan sekolah.. selamat tinggal hukuman sialan.. selamat tinggal kesialanku.. Dan selamat datang.. buku-bukuku :)!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar