Jumat, 10 November 2017

VOLUME 1 CHAPTER 6 - NAMA DIA AURA


VOLUME 1 CHAPTER 5

“Nama dia Aura”

Suasana sekitar setelah aku turun dari dalam bus relatif ramai. Hal ini wajar saja jika mengingat aku tadi turun satu halte lebih cepat dari yang seharusnya.

[Selamat datang di Taman Indah]

Taman Indah!

Tulisan besar dengan font melengkung itu adalah hal pertama yang kulihat setelah keluar dari halte bus ini. Entah kenapa meskipun sekarang masih lumayan pagi tapi disana ada banyak sekali orang berkumpul. Tanpa memperdulikannya, aku tetap melanjutkan perjalananku kesekolah yang masih tersisa 500 m lagi.

Karena perjalananku kesekolah searah dengan letak Taman Indah itu, maka aku secara tidak sengaja mendengar suara musik yang cukup kencang yang keluar dari speaker taman itu. Setelah kuteliti, sepertinya musik yang keluar dari taman itu adalah musik yang biasanya diputar untuk mengiringi sebuah senam.

“Oh.. sepertinya disana sedang ramai karena ada acara senam pagi” gumamku pelan.

Aku pun penasaran lalu memutuskan untuk mencoba mendekati sumber suara tersebut. Ternyata sesampainya disana..

[Alaamak!!]
Wow senamnya.. sangat enerjik sekali! Aku bahkan sampai bisa melihat bokong dan dada kaki para gadis pesenam itu naik turun karena variasi gerakan senamnya. Lebih-lebih kebanyakan dari mereka masih terlihat muda. Tapi tunggu sebentar… 

tim senam abal2

“Whoa.. Bukannya baju itu terlalu ketat untuk dipakai senam, mbak?” celetukku historis.

“Dan baju yang basah karena keringat itu.. Ohh.. entah kenapa semakin membuatku terpesona”.

[Arrghh]
“Tidak.. tidak. Aku tidak punya waktu untuk melakukan hal semacam ini” ucapku sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Sial.. aku benar-benar tergoda tadi. Aku harus segera sadar dan kembali melanjutkan perjalananku ke sekolah karena kalau tidak aku nanti pasti akan terlambat. Baiklah bagaimana jika sekarang aku fokus untuk menenangkan diri terlebih dahulu?

[Haaah]
Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya. Aku pun berusaha mengatur pernafasanku agar stabil. Setidaknya mengatur pernafasan selama 1 menit dapat membuat kondisi tubuh kita menjadi lebih tenang. Ini adalah sedikit pengetahuan yang kuketahui dari membaca buku.

Huft.. ada2 aja
Setelah diriku menjadi lebih tenang aku mulai melangkahkan kakiku untuk berjalan menuju sekolahku dan melupakan pemandangan mesum senam ditaman itu. 

Jika mengacu pada jarak yang tertera pada peta ketika aku berada di halte bus tadi, jarakku dari posisiku sekarang untuk sampai di sekolahku tersisa sekitar 500 m lagi.

Hm.. Baiklah mumpung aku sedang dalam posisi berjalan bagaimana jika aku mencoba membaca buku dalam posisi berjalan seperti yang dilakukan mbak kawai-san? Meskipun aku sedikit ragu, tapi tidak ada salahnya aku untuk  berani mencobanya. Kau pasti bisa, Aldini!

Aku pun kemudian mengeluarkan buku kecil yang kusimpan disaku jas sekolahku, membukanya dan lalu mulai membacanya sambil tetap berjalan. 

anti mainstream cok

Langkah pertama.. sukses, langkah kedua.. sukses dan langkah berikutnya.. sukses..

[Yeah.. Haha]
“Sepertinya aku telah berhasil meniru mbak kawai-san” cetusku dengan ekspresi gembira”.

Tetapi kegembiraanku tak berlangsung lama karena sepertinya aku kembali mengalami kesialan (lagi).

[JLEB]
“wanj*r.. dah” cetusku kesakitan.

Karena saking fokus pada buku yang kubaca, aku pun menjadi terlena dan mulai lupa memperhatikan langkah kakiku. Ternyata kaki kiriku tersandung ke lubang jalan dan membuat tubuhku hilang keseimbangan dan jatuh ke comberan kotor yang sedang tidak berair itu.

“SIAL .. SIAL .. SIAL!”.

Biar aku beritahu, jika kau berada dalam kondisi seperti ini pakaian yang kotor atau bau busuk yang menyengat bukanlah sesuatu yang harus kau khawatirkan tapi perasaan malulah yang sebenarnya patut kau khawatirkan. Hal Ini hanya berlaku bagi orang-orang yang masih berpikiran waras sepertiku.

Aku pun dengan cepat kembali berdiri dan mengecek kotoran yang melekat pada pakaianku.

[Hehe]
Perlu kau ketahui, aku sudah siap siaga apabila terjadi sesuatu seperti kondisiku saat ini. Aku sudah mempersiapkan sapu tangan untuk membersihkan bekas kotoran yang melekat pada tubuhku dan parfum untuk menghilangkan bau busuk pada diriku. Setelah merasa cukup, aku pun kembali berjalan.

“Baiklah.. sepertinya semuanya kembali normal dan aku masih tetap ganteng saja.. Haha” ucapku dengan nada senang.

Always Cool! :v

Aku adalah seorang lelaki sejati. Langsung menyerah setelah percobaan pertama bukanlah gayaku. Gagal sekali bukanlah suatu masalah besar bagiku. Dan aku adalah tipe orang yang menganggap sebuah kegagalan sebagai langkah awal menuju kesuksesan. 

Baiklah, kalau begitu bagaimana jika aku mencoba kembali? Aku yakin kali ini aku bisa melakukannya. Percobaan pertama tadi itu aku hanya sial saja.

Sebelum mencobanya kembali, kali ini aku benar-benar memastikan tidak ada lobang atau hal penganggu lainnya. Sip. Tidak ada lobang, jalan mulus, tidak banyak orang yang terlihat, tidak ada mobil atau kendaraan lain yang sedang terpakir. Yosh.. sepertinya kali ini aku akan berhasil.

Langkah pertama.. sukses, langkah kedua.. sukses dan langkah berikutnya.. sukses..

“Haha.. Benar-benar.  Aku hanya sial saja sebelumnya. Lihat.. kali ini aku benar-benar berha---“.

[JLEB]
Aku tiba-tiba terjatuh. Ketika aku mencoba melihat apa yang sedang terjadi kepadaku tadi aku lalu melihat mobil innova putih sedang terpakir didepanku. Sepertinya aku tadi berbenturan dengan mobil ini dan membuatku terjatuh. Argh.. Karena benturan itu kepalaku menjadi sedikit sakit dan tanganku sepertinya terkena lecet karena tergores dengan aspal jalan.

mobil anj*r
Wahai mobil innova putih, sejak kapan kau ada disana? Aku yakin betul tadi sebelum mulai berjalan aku sudah benar-benar mengecek jalan ini dan aku tak melihat satupun mobil yang sedang terpakir. Apa kau ini mobil berhantu? 

Tak lama kemudian, muncul seorang laki-laki dewasa yang keluar dari dalam mobil itu. Sepertinya dia adalah pemilik mobil itu. 

nama disamarkan
“Apa kau baik-baik saja, Dik?” tanya dia penuh perhatian.
“Saya habis dari taman tadi jadi parkirin mobilnya agak buru-buru. Maaf ya, Dik” lanjutnya dengan nada menyesal.

Tunggu sebentar.. dari taman? Berarti habis melihat senam hot pagi itu bukan? Baiklah, aku paham. Sebagai orang yang sama-sama pernah melihat pemandangan itu, aku mengerti kenapa kau sampai terburu-buru. Aku memaafkanmu, wahai temanku!

“Tidak.. tidak. Saya yang salah pak”. 
“Saya tadi baca buku sambil jalan jadi tidak lihat ada mobil bapak sedang terpakir. Jadi bapak tidak salah kok”.

Setelah mendengar jawabanku lelaki dewasa itu pun lalu diam sebentar. Dia kemudian melihat luka lecet pada tanganku.

“Tanganmu sepertinya terluka. Bagaimana jika masuk dulu sambil diobatin?” tanyanya penuh perhatian.

Aku sangat berterima kasih atas tawarannya wahai temanku! Tapi aku baru ingat aku sedang dikejar waktu untuk segera pergi ke sekolah. Baiklah, aku harus secepatnya keluar dari kondisi ini dan menghentikan percakapan ini.

“Oh tidak apa-apa pak. Ini hanya luka kecil biasa, tidak terlalu sakit”                         
“Lebih-lebih saya harus segera pergi ke sekolah pak. Ketika sampai di sekolah nanti baru saya obatin.” ucapku tegas.

Dia diam sebentar sambil memikirkan sesuatu lalu kemudian berkata:

“Seragam itu.. apa adik murid SMA UB?” tanyanya penasaran.
“Oh.. benar” jawabku jujur.
“Hm.. kalo begitu bagaimana jika adik berangkat bareng anak saya? Kebetulan dia juga murid SMA UB sepertimu”.
“Anak bapak?” tanyaku dengan nada binggung.

Seakan mengerti dengan kebinggunganku, dia kemudian segera memanggil nama anaknya dan menyuruh dia keluar.

“Aura.. aura..” panggilnya lantang.
“Aura.. ayo kesini sayang..”.

Woi.. woi.. tunggu sebentar.. Apa aku akan bertemu dengan seorang cewek yang satu sekolahan denganku lagi? Aku memang berencana ingin berubah tapi bertemu dengan 3 cewek satu sekolahan denganku sekaligus hanya dalam waktu sehari bukanlah suatu hal yang kuharapkan. Aku tidak ingin menjadi cowok harem!

Setelah menunggu beberapa saat, munculah orang yang bernama Aura itu.
 
kebetulan macam apa ini!
“Whoa.. dia manis sekali!” 

Tubuhnya yang lumayan mungil, rambut coklat sebahunya yang ditata rapi, wajahnya yang putih dan dia memakai beberapa aksesoris tambahan yang lucu.

Tapi tunggu dulu..

Bukannya dada itu terlalu rata untuk ukuran seorang cewek SMA? Dan juga bukankah itu celana panjang cowok yang sedang ia kenakan?

Tenang aldini.. Tenang..

Dia pasti seorang cewek. Wajah manis seperti itu bukanlah wajah yang pantas untuk dianggap sebagai wajah seorang cowok. Terus untuk masalah celana panjang, aku yakin sebetulnya dia itu punya rok tapi terpaksa pakai celana panjang karena kecelakaan. Contohnya seperti saat sarapan tadi minumannya tumpah ke roknya. Benar aku yakin seperti itu. Dan juga nama dia kalau tidak salah Aura kan? Bukankah nama Aura itu adalah nama yang biasa diberikan untuk seorang perempuan? Benar.. benar.. dia pasti seorang cewek.

“Aura.. kamu berangkat sekolah bareng--, eh maaf nama adik siapa ya?” tanya lelaki didepanku.
“Namaku Aldini Rajou” ucapku tegas.
“Oh iya bareng nak Aldini ya.. sayang” bujuk lelaki didepanku kepada anaknya.
“Eeh.. Hm.. i—ya.. ayah” jawab anaknya malu-malu.

tolong posenya dijaga ya :v
Benar.. benar.. ekspresi malu-malu seperti ini bukanlah sesuatu yang biasa dilakukan seorang cowok. Baiklah dengan ini, aku putuskan bahwa dia adalah seorang cewek.

“Syukurlah. Kalau begitu nak Aldini, saya titip anak saya ya. Saya harap kamu dapat pacaran berteman dengannya” ucapnya penuh harapan.

Jika mengingat waktuku yang sudah tidak banyak lagi, menerima tawarannya bukanlah pilihan yang buruk.

“Baik pak”

Aura pun lalu memberikan kunci motornya kepadaku. Sepertinya dia ingin aku yang membawa motor matic berwarna pink ini. Aku pun mengambil kuncinya dan segera naik ke atas motor. Tak lama berselang, Aura pun juga ikut naik dan duduk dibelakangku.

Oi.. tunggu sebentar… Bukankah ini pertama kalinya aku memboncengi seorang cewek? Dan lebih-lebih cewek yang hendak kuboncengi ini adalah seorang cewek yang pernah aku ragukan ketulenannya. Tunggu.. sebentar.. Izinkan aku menenangkan diriku dulu! Aku belum siap menerima kejadian mendadak seperti ini.


Sial aku tidak punya waktu untuk ragu. Masa bodoh.. yang penting sekarang aku harus lekas sampai disekolah. Aku pun kemudian menghidupkan mesin motor. Ketika aku hendak menarik tuas gas, ayah Aura tiba-tiba mendekatiku dan berkata:

“Oh iya nak Aldini. Aura ini walaupun malu-malu dia itu punya rahasia loh”
“R..aahasia? Rahasia apa?” tanyaku penasaran
“Yah cari tahu sendirilah.. bukan rahasia lagi namanya kalau sudah diberitahu” 

Apa-apaan dengan pertanyaan tersebut? Apa lelaki ini sedang mengejekku?

“Oh b—egitu kah..” jawabku terbata-bata.

Aku pun mulai menjalankan motor matic pink ini. Selama diperjalanan aku terus memikirkan sebenarnya “rahasia” apa yang dimaksud oleh ayahnya Aura? Apa yang dia maksud adalah “rahasia” tentang jenis kelaminnya?

[Arggh]
Bagaimana bisa aku fokus berkendara jika saat berkendara ada hal ganjil yang sedang kupikirkan? Tunggu sebenar.. apa lebih baik aku bertanya langsung kepadanya? Tidak.. tidak.. bertanya hal semacam itu langsung kepadanya sama saja bunuh diri! Hm.. tapi tidak ada salahnya jika aku memancingnya untuk menjawabnya. Benar coba aku pancing saja dia untuk bahas “rahasia” itu.

“A-ura.. apa kau seorang cowok?”

Sial kenapa aku malah berakhir dengan langsung bertanya to the point seperti ini? Ah..tidak! Tamatlah riwayatku!

“I-iya aku cowok”


“Benar-benar sudah kuduga aku hanya salah pah-- WOY APA KATAMU?”

Seakan tidak percaya dengan apa yang kudengar, aku pun menghentikan motorku dan menaruhnya dipinggir jalan. Kali ini aku ingin mencoba memastikan tentang apa yang kudengar dari dia sebelumnya.

“Kau cowok?”
“i-ya”
“Benaran cowok?”
“I--ya benar”
Apa-apaan ini!
Woy apa-apaan ini? Jika kau benar-benar cowok kenapa wajahmu sangatlah manis seperti itu? Terus nama Aura.. kenapa bisa seorang cowok diberi nama seperti nama cewek? Sebenarnya apa yang telah salah dari dunia ini?

Setelah mendengar hal itu aku yang masih terkejut ini tetap menjalankan motor agar sampai kesekolah. Selama diperjalanan aku hanya diam dan tidak berbicara apapun. Waktu berlalu dan tak terasa kami pun telah tiba disekolah. 

Setelah memarikirkan motor dan memberikan kembali kunci motornya kepada Aura, aku menyempatkan diriku untuk mengucapkan sesuatu kepada dia.

“Terima Kasih” ucapku sambil menepuk pundaknya.
“Oo-h sama-sama” jawabnya sopan dengan nada malu-malu.

Untuk Aura.. Perlu kau ketahui aku mengucapkan terima kasih kepadamu karena ada dua hal yang telah kau lakukan kepadaku.

Pertama, terima kasih karena kau telah memperbolehkanku naik motormu sehingga aku dapat tiba kesekolah lebih cepat.

Dan yang kedua, terima kasih karena kau telah membuatku pernah merasakan sensasi memboncengi seorang cewek manis walaupun itu hanya sesaat..

Terima kasih Aura.. wahai teman cowokku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar