VOLUME 1 CHAPTER 5
“Nama dia Aura”
Suasana sekitar
setelah aku turun dari dalam bus relatif ramai. Hal ini wajar saja jika
mengingat aku tadi turun satu halte lebih cepat dari yang seharusnya.
[Selamat datang
di Taman Indah]
![]() |
Taman Indah! |
Tulisan besar
dengan font melengkung itu adalah hal pertama yang kulihat setelah
keluar dari halte bus ini. Entah kenapa meskipun sekarang masih lumayan pagi
tapi disana ada banyak sekali orang berkumpul. Tanpa memperdulikannya, aku
tetap melanjutkan perjalananku kesekolah yang masih tersisa 500 m lagi.
Karena
perjalananku kesekolah searah dengan letak Taman Indah itu, maka aku secara
tidak sengaja mendengar suara musik yang cukup kencang yang keluar dari speaker
taman itu. Setelah kuteliti, sepertinya musik yang keluar dari taman itu adalah
musik yang biasanya diputar untuk mengiringi sebuah senam.
“Oh.. sepertinya disana
sedang ramai karena ada acara senam pagi” gumamku pelan.
Aku pun penasaran
lalu memutuskan untuk mencoba mendekati sumber suara tersebut. Ternyata sesampainya
disana..
[Alaamak!!]
Wow senamnya..
sangat enerjik sekali! Aku bahkan sampai bisa melihat bokong dan dada kaki
para gadis pesenam itu naik turun karena variasi gerakan senamnya. Lebih-lebih
kebanyakan dari mereka masih terlihat muda. Tapi tunggu sebentar…
![]() |
tim senam abal2 |
“Whoa.. Bukannya
baju itu terlalu ketat untuk dipakai senam, mbak?” celetukku historis.
“Dan baju yang basah
karena keringat itu.. Ohh.. entah kenapa semakin membuatku terpesona”.
[Arrghh]
“Tidak.. tidak.
Aku tidak punya waktu untuk melakukan hal semacam ini” ucapku sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
Sial.. aku benar-benar
tergoda tadi. Aku harus segera sadar dan kembali melanjutkan perjalananku ke
sekolah karena kalau tidak aku nanti pasti akan terlambat. Baiklah bagaimana
jika sekarang aku fokus untuk menenangkan diri terlebih dahulu?
[Haaah]
Aku menarik nafas
panjang dan menghembuskannya. Aku pun berusaha mengatur pernafasanku agar stabil.
Setidaknya mengatur pernafasan selama 1 menit dapat membuat kondisi tubuh kita
menjadi lebih tenang. Ini adalah sedikit pengetahuan yang kuketahui dari
membaca buku.
![]() |
Huft.. ada2 aja |
Setelah diriku menjadi
lebih tenang aku mulai melangkahkan kakiku untuk berjalan menuju sekolahku dan
melupakan pemandangan mesum senam ditaman itu.
Jika mengacu pada
jarak yang tertera pada peta ketika aku berada di halte bus tadi, jarakku dari
posisiku sekarang untuk sampai di sekolahku tersisa sekitar 500 m lagi.
Hm.. Baiklah
mumpung aku sedang dalam posisi berjalan bagaimana jika aku mencoba membaca
buku dalam posisi berjalan seperti yang dilakukan mbak kawai-san? Meskipun aku
sedikit ragu, tapi tidak ada salahnya aku untuk
berani mencobanya. Kau pasti bisa, Aldini!
Aku pun kemudian mengeluarkan
buku kecil yang kusimpan disaku jas sekolahku, membukanya dan lalu mulai
membacanya sambil tetap berjalan.
![]() |
anti mainstream cok |
Langkah pertama..
sukses, langkah kedua.. sukses dan langkah berikutnya.. sukses..
[Yeah.. Haha]
“Sepertinya aku
telah berhasil meniru mbak kawai-san” cetusku dengan ekspresi gembira”.
Tetapi
kegembiraanku tak berlangsung lama karena sepertinya aku kembali mengalami
kesialan (lagi).
[JLEB]
“wanj*r.. dah”
cetusku kesakitan.
Karena saking
fokus pada buku yang kubaca, aku pun menjadi terlena dan mulai lupa memperhatikan
langkah kakiku. Ternyata kaki kiriku tersandung ke lubang jalan dan membuat
tubuhku hilang keseimbangan dan jatuh ke comberan kotor yang sedang tidak
berair itu.
“SIAL .. SIAL ..
SIAL!”.
Biar aku
beritahu, jika kau berada dalam kondisi seperti ini pakaian yang kotor atau bau
busuk yang menyengat bukanlah sesuatu yang harus kau khawatirkan tapi perasaan
malulah yang sebenarnya patut kau khawatirkan. Hal Ini hanya berlaku bagi
orang-orang yang masih berpikiran waras sepertiku.
Aku pun dengan
cepat kembali berdiri dan mengecek kotoran yang melekat pada pakaianku.
[Hehe]
Perlu kau
ketahui, aku sudah siap siaga apabila terjadi sesuatu seperti kondisiku saat
ini. Aku sudah mempersiapkan sapu tangan untuk membersihkan bekas kotoran yang
melekat pada tubuhku dan parfum untuk menghilangkan bau busuk pada diriku. Setelah
merasa cukup, aku pun kembali berjalan.
“Baiklah.. sepertinya
semuanya kembali normal dan aku masih tetap ganteng saja.. Haha” ucapku dengan
nada senang.
![]() |
Always Cool! :v |
Aku adalah
seorang lelaki sejati. Langsung menyerah setelah percobaan pertama bukanlah
gayaku. Gagal sekali bukanlah suatu masalah besar bagiku. Dan aku adalah tipe
orang yang menganggap sebuah kegagalan sebagai langkah awal menuju kesuksesan.
Baiklah, kalau
begitu bagaimana jika aku mencoba kembali? Aku yakin kali ini aku bisa melakukannya.
Percobaan pertama tadi itu aku hanya sial saja.
Sebelum
mencobanya kembali, kali ini aku benar-benar memastikan tidak ada lobang atau hal
penganggu lainnya. Sip. Tidak ada lobang, jalan mulus, tidak banyak orang yang
terlihat, tidak ada mobil atau kendaraan lain yang sedang terpakir. Yosh.. sepertinya
kali ini aku akan berhasil.
Langkah pertama..
sukses, langkah kedua.. sukses dan langkah berikutnya.. sukses..
“Haha..
Benar-benar. Aku hanya sial saja
sebelumnya. Lihat.. kali ini aku benar-benar berha---“.
[JLEB]
Aku tiba-tiba
terjatuh. Ketika aku mencoba melihat apa yang sedang terjadi kepadaku tadi aku lalu
melihat mobil innova putih sedang terpakir didepanku. Sepertinya aku
tadi berbenturan dengan mobil ini dan membuatku terjatuh. Argh.. Karena
benturan itu kepalaku menjadi sedikit sakit dan tanganku sepertinya terkena lecet
karena tergores dengan aspal jalan.
![]() |
mobil anj*r |
Wahai mobil innova
putih, sejak kapan kau ada disana? Aku yakin betul tadi sebelum mulai berjalan aku
sudah benar-benar mengecek jalan ini dan aku tak melihat satupun mobil yang
sedang terpakir. Apa kau ini mobil berhantu?
Tak lama
kemudian, muncul seorang laki-laki dewasa yang keluar dari dalam mobil itu.
Sepertinya dia adalah pemilik mobil itu.
![]() |
nama disamarkan |
“Apa kau
baik-baik saja, Dik?” tanya dia penuh perhatian.
“Saya habis dari
taman tadi jadi parkirin mobilnya agak buru-buru. Maaf ya, Dik” lanjutnya dengan
nada menyesal.
Tunggu sebentar..
dari taman? Berarti habis melihat senam hot pagi itu bukan? Baiklah, aku
paham. Sebagai orang yang sama-sama pernah melihat pemandangan itu, aku
mengerti kenapa kau sampai terburu-buru. Aku memaafkanmu, wahai temanku!
“Tidak.. tidak. Saya
yang salah pak”.
“Saya tadi baca
buku sambil jalan jadi tidak lihat ada mobil bapak sedang terpakir. Jadi bapak
tidak salah kok”.
Setelah mendengar
jawabanku lelaki dewasa itu pun lalu diam sebentar. Dia kemudian melihat luka
lecet pada tanganku.
“Tanganmu
sepertinya terluka. Bagaimana jika masuk dulu sambil diobatin?” tanyanya penuh
perhatian.
Aku sangat
berterima kasih atas tawarannya wahai temanku! Tapi aku baru ingat aku sedang
dikejar waktu untuk segera pergi ke sekolah. Baiklah, aku harus secepatnya keluar
dari kondisi ini dan menghentikan percakapan ini.
“Oh tidak apa-apa
pak. Ini hanya luka kecil biasa, tidak terlalu sakit”
“Lebih-lebih saya
harus segera pergi ke sekolah pak. Ketika sampai di sekolah nanti baru saya obatin.”
ucapku tegas.
Dia diam sebentar
sambil memikirkan sesuatu lalu kemudian berkata:
“Seragam itu.. apa
adik murid SMA UB?” tanyanya penasaran.
“Oh.. benar”
jawabku jujur.
“Hm.. kalo begitu
bagaimana jika adik berangkat bareng anak saya? Kebetulan dia juga murid SMA UB
sepertimu”.
“Anak bapak?”
tanyaku dengan nada binggung.
Seakan mengerti dengan
kebinggunganku, dia kemudian segera memanggil nama anaknya dan menyuruh dia
keluar.
“Aura.. aura..”
panggilnya lantang.
“Aura.. ayo
kesini sayang..”.
Woi.. woi..
tunggu sebentar.. Apa aku akan bertemu dengan seorang cewek yang satu sekolahan
denganku lagi? Aku memang berencana ingin berubah tapi bertemu dengan 3 cewek satu
sekolahan denganku sekaligus hanya dalam waktu sehari bukanlah suatu hal yang
kuharapkan. Aku tidak ingin menjadi cowok harem!
Setelah menunggu
beberapa saat, munculah orang yang bernama Aura itu.
“Whoa.. dia manis
sekali!”
Tubuhnya yang
lumayan mungil, rambut coklat sebahunya yang ditata rapi, wajahnya yang putih
dan dia memakai beberapa aksesoris tambahan yang lucu.
Tapi tunggu
dulu..
Bukannya dada
itu terlalu rata untuk ukuran seorang cewek SMA? Dan juga bukankah itu celana
panjang cowok yang sedang ia kenakan?
Tenang aldini..
Tenang..
Dia pasti seorang
cewek. Wajah manis seperti itu bukanlah wajah yang pantas untuk dianggap
sebagai wajah seorang cowok. Terus untuk masalah celana panjang, aku yakin sebetulnya
dia itu punya rok tapi terpaksa pakai celana panjang karena kecelakaan. Contohnya
seperti saat sarapan tadi minumannya tumpah ke roknya. Benar aku yakin seperti
itu. Dan juga nama dia kalau tidak salah Aura kan? Bukankah nama Aura itu adalah
nama yang biasa diberikan untuk seorang perempuan? Benar.. benar.. dia pasti
seorang cewek.
“Aura.. kamu
berangkat sekolah bareng--, eh maaf nama adik siapa ya?” tanya lelaki didepanku.
“Namaku Aldini
Rajou” ucapku tegas.
“Oh iya bareng nak
Aldini ya.. sayang” bujuk lelaki didepanku kepada anaknya.
“Eeh.. Hm.. i—ya..
ayah” jawab anaknya malu-malu.
![]() |
tolong posenya dijaga ya :v |
Benar.. benar..
ekspresi malu-malu seperti ini bukanlah sesuatu yang biasa dilakukan seorang
cowok. Baiklah dengan ini, aku putuskan bahwa dia adalah seorang cewek.
“Syukurlah. Kalau
begitu nak Aldini, saya titip anak saya ya. Saya harap kamu dapat pacaran
berteman dengannya” ucapnya penuh harapan.
Jika mengingat
waktuku yang sudah tidak banyak lagi, menerima tawarannya bukanlah pilihan yang
buruk.
“Baik pak”
Aura pun lalu memberikan
kunci motornya kepadaku. Sepertinya dia ingin aku yang membawa motor matic
berwarna pink ini. Aku pun mengambil kuncinya dan segera naik ke atas motor.
Tak lama berselang, Aura pun juga ikut naik dan duduk dibelakangku.
Oi.. tunggu
sebentar… Bukankah ini pertama kalinya aku memboncengi seorang cewek? Dan
lebih-lebih cewek yang hendak kuboncengi ini adalah seorang cewek yang pernah
aku ragukan ketulenannya. Tunggu.. sebentar.. Izinkan aku menenangkan diriku
dulu! Aku belum siap menerima kejadian mendadak seperti ini.
Sial aku tidak
punya waktu untuk ragu. Masa bodoh.. yang penting sekarang aku harus lekas
sampai disekolah. Aku pun kemudian menghidupkan mesin motor. Ketika aku hendak
menarik tuas gas, ayah Aura tiba-tiba mendekatiku dan berkata:
“Oh iya nak Aldini.
Aura ini walaupun malu-malu dia itu punya rahasia loh”
“R..aahasia?
Rahasia apa?” tanyaku penasaran
“Yah cari tahu
sendirilah.. bukan rahasia lagi namanya kalau sudah diberitahu”
Apa-apaan dengan
pertanyaan tersebut? Apa lelaki ini sedang mengejekku?
“Oh b—egitu kah..”
jawabku terbata-bata.
Aku pun mulai
menjalankan motor matic pink ini. Selama diperjalanan aku terus
memikirkan sebenarnya “rahasia” apa yang dimaksud oleh ayahnya Aura? Apa yang
dia maksud adalah “rahasia” tentang jenis kelaminnya?
[Arggh]
Bagaimana bisa
aku fokus berkendara jika saat berkendara ada hal ganjil yang sedang kupikirkan?
Tunggu sebenar.. apa lebih baik aku bertanya langsung kepadanya? Tidak..
tidak.. bertanya hal semacam itu langsung kepadanya sama saja bunuh diri! Hm..
tapi tidak ada salahnya jika aku memancingnya untuk menjawabnya. Benar coba aku
pancing saja dia untuk bahas “rahasia” itu.
“A-ura.. apa kau
seorang cowok?”
Sial kenapa aku
malah berakhir dengan langsung bertanya to the point seperti ini?
Ah..tidak! Tamatlah riwayatku!
“I-iya aku cowok”
“Benar-benar
sudah kuduga aku hanya salah pah-- WOY APA KATAMU?”
Seakan tidak
percaya dengan apa yang kudengar, aku pun menghentikan motorku dan menaruhnya
dipinggir jalan. Kali ini aku ingin mencoba memastikan tentang apa yang
kudengar dari dia sebelumnya.
“Kau cowok?”
“i-ya”
“Benaran cowok?”
“I--ya benar”
![]() |
Apa-apaan ini! |
Woy apa-apaan
ini? Jika kau benar-benar cowok kenapa wajahmu sangatlah manis seperti itu?
Terus nama Aura.. kenapa bisa seorang cowok diberi nama seperti nama cewek?
Sebenarnya apa yang telah salah dari dunia ini?
Setelah mendengar
hal itu aku yang masih terkejut ini tetap menjalankan motor agar sampai
kesekolah. Selama diperjalanan aku hanya diam dan tidak berbicara apapun. Waktu
berlalu dan tak terasa kami pun telah tiba disekolah.
Setelah memarikirkan
motor dan memberikan kembali kunci motornya kepada Aura, aku menyempatkan
diriku untuk mengucapkan sesuatu kepada dia.
“Terima Kasih”
ucapku sambil menepuk pundaknya.
“Oo-h sama-sama”
jawabnya sopan dengan nada malu-malu.
Untuk Aura..
Perlu kau ketahui aku mengucapkan terima kasih kepadamu karena ada dua hal yang
telah kau lakukan kepadaku.
Pertama, terima
kasih karena kau telah memperbolehkanku naik motormu sehingga aku dapat tiba
kesekolah lebih cepat.
Dan yang kedua, terima
kasih karena kau telah membuatku pernah merasakan sensasi memboncengi seorang
cewek manis walaupun itu hanya sesaat..
Terima kasih
Aura.. wahai teman cowokku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar