Kamis, 09 November 2017

VOLUME 1 CHAPTER 2 - JOHN


VOLUME 1 CHAPTER 2

“JOHN”

Pemandangan sore hari yang indah menghiasi jendela bus kota yang kutumpangi bersama adik perempuanku ini. Anak-anak kecil yang berlarian, layang-layang yang bertebaran di langit, pelangi yang terbentuk selepas hujan bahkan hanya ada sedikit mobil yang mengantri untuk melewati lampu lalu lintas. Semua hal tampak sempurna. Aku memang jarang sekali naik bis tapi baru sekarang aku menyadari bahwa naik bus itu ternyata tidaklah seburuk yang aku bayangkan selama ini.

Apa asiknya sih naik Bus?




Saking jarangnya aku naik bus, aku bahkan bisa menghitung dengan jari berapa kali aku pernah berpergian dengan naik bus. Bukannya bermaksud sombong, kau tau sendiri alasan sebetulnya kenapa aku jarang berpergian dengan naik bus yaitu karena susahnya diriku untuk menikmati membaca buku jika tidak dalam keadaan sunyi. Dan di dalam bus adalah salah satu dari medan pertempuran terhebat bagi seorang kutu buku sepertiku ini.

Aku berbohong jika aku mengatakan bahwa aku dapat menikmati membaca buku dalam keramaian. Memang benar aku mungkin tetap bisa membaca buku tersebut atau bahkan sampai menyelesaikannya. Tetapi rasa puas dan nikmat yang aku dapatkan tidaklah seberapa. Aku ingin membaca buku hingga membuat diriku benar-benar puas sampai 100%. 

Meskipun begitu, aku tetap saja membacanya karena aku menyukai buku.

“Cewek itu … “.

Hal pertama yang kuingat jika aku berkendara dengan naik bus yaitu “cewek itu”. Yah.. pertemuan pertamaku dengannya dan juga pertama kalinya bagiku berpergian dengan naik bus sendirian. Kalau tidak salah, itu terjadi ketika hari awal aku masuk SMA.

[START OF FLASHBACK]

Hari awal masuk SMA

Aku terbangun dari tidurku lalu membuka kedua mataku disalah satu hari yang paling aku tunggu-tunggu dalam hidupku ini.

“Akhirnya .. Hari ini tiba”.

Aku segera bangkit dari posisi tidurku dan langsung mengambil smartphone yang aku taruh di atas meja di dekat tempat tidurku. Aku lalu memasukkan kata sandi yang kupasang pada smartphoneku. Setelah berhasil masuk, hal pertama yang kulihat yaitu waktu saat ini dan smartphoneku pun menunjukan saat ini sedang pukul 05.30 pagi. 

Sial!

“Ahh… Sial aku kesiangan!” teriakku karena kaget. 

Tak kusangka pertama kalinya aku kesiangan untuk olahraga pagi yaitu di hari  yang paling aku tunggu-tunggu. Perlu kau tahui, sejak aku memutuskan untuk berubah menjadi seorang pribadi yang lebih baik saat SMA aku belum pernah sama sekali bolos untuk olahraga pagi. Sewaktu SMP aku adalah seorang siswa nakal yang divonis sebagai seorang yang berkepribadian mesum buruk oleh teman-teman sekolahku.

Banyak hal yang sudah aku lakukan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Salah satu hal yang rutin kulakukan adalah olahraga pagi.

Aku biasanya bangun sekitar pukul 04.00 dini hari. Setelah bangun, aku menyiapkan diri sebentar kemudian langsung keluar untuk berolaharaga pagi.

Aku biasanya lari mengelilingi komplekku yang berjarak total 2.5 km ini sebanyak 2 kali putaran. Jadi total setiap hari aku berlari sejauh 5 km. Walaupun terkadang aku juga sesekali menurunkan dan sesekali melebihkan jarak lariku.

Setelah beristirahat sebentar, aku mulai melakukan kegiatan fisik lainnya seperti push up dan sit up. Biasanya aku melakukan kegiatan fisik tersebut sampai 100 kali.

Dengan rutinitas sehat yang kulakukan seperti ini setiap harinya tanpa bolos satu haripun, tubuhku perlahan menunjukkan sisi kemachoannya. Tubuhku menjadi lebih tinggi, tegap, berisi dan yang paling terasa yaitu perut sixpack yang aku dapatkan.

Ini 6packku mana 6 packmu? wkwk
 
Jadi, ketika aku kesiangan bangun sehingga terpaksa membolos untuk olahraga pagi aku sangatlah kesal. Olahraga itu sangat penting bagi kesehatan semua orang, termasuk kutu buku. Dan keuntungan lain yang kau akan dapatkan yaitu tubuh sehat dan ideal untuk menjadi seorang pangeran.

“.. TIDAK!!! Kenapa harus hari ini!” celetukku kesal.

Tak lama kemudian ada seseorang yang memanggilku dari luar pintu kamarku.

“Aldi.. Aldi.. kamu sudah bangun belum?” teriak ibuku dengan lantangnya.
“Aldi.. ayo cepat bangun! Sekarang sudah hampir jam 6, nanti telat loh kesekolahnya”.

Ibuku sepertinya tidak percaya bahwa aku sudah bangun. Kali ini dia bahkan sampai menggedor-ngedor pintu kamarku. Aku pun sepertinya berada dalam posisi dimana aku harus merespon pertanyaannya.

“Iya.. iya aku bangun” jawabku tegas.
“Ibu sudah siapkan sarapan di meja makan. Jangan lupa sarapan dulu ya nanti sebelum berangkat sekolah”.
“Iya.. baiklah”.

Setelah kuingat-ingat sudah lama aku tidak dibangunkan oleh ibuku seperti ini. Sejak aku memutuskan untuk berubah menjadi seorang pribadi yang lebih baik, aku selalu bangun sendiri dan menyiapkan segala sesuatunya sendirian.

Ibuku adalah seorang yang cantik, lembut, rajin dan penyayang. Dia adalah panutanku dalam segala hal terlebih dalam hal memasak. Bangun pagi juga salah satu kebiasaan baik darinya yang aku tiru. 

Mama muda :v

Aku berpikir bahwa kali ini ibuku sepertinya memang sengaja tidak membangunkanku saat pagi hari tadi ketika dia juga terbangun. Mungkin dengan begitu, aku pikir ibuku jadi bisa berteriak menyuruhku untuk segera bangun dan dia bisa menyiapkan segala hal yang biasanya para ibu pada umumnya lakukan kepada anaknya sebelum berangkat sekolah.

“Arghhh..” ucapku sambil menggaruk-garuk rambutku.

Aku tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti ini.

“Tunggu sebentar ..” gumamku dalam hati.

Setelah kupikir-pikir sepertinya wajar saja ibuku ingin memperlakukanku seperti ini jika mengingat hubunganku dengan ibu dulu yang pernah renggang. Meskipun demikian, tetap saja aku masih menyukai perlakuan sayang seorang ibu yang seperti ini.

Aku pun bergegas mandi dan mempersiapkan peralatan sekolahku. Setelah aku selesai mandi, aku langsung memakai seragam sekolah SMA UB. Seragam sekolah SMA UB memakai setelan jas dan celana berwarna merah.

Sebelum keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk sarapan, aku menyempatkan diri untuk berdiri didepan kaca besar yang tergantung di kamarku itu untuk memastikan kembali penampilanku.

[Haha]
Aku tertawa dengan senyum kecil lalu berkata:

Perfect!

“Hari ini aku benar-benar menakjubkan”.

Setelah cukup puas melihat wajah gantengku dari kaca aku pun keluar kamarku lalu turun ke bawah untuk sarapan.

Sesampainya disana, aku pun mulai menyantap sarapanku bersama Karin dan ibuku yang sudah terlebih dahulu berada di meja makan.

Setelah selesai sarapan dan berpamitan dengan ibuku, aku langsung keluar berjalan menuju garasi rumahku dan mulai mengeluarkan motor hitam kesayanganku hadiah pemberian dari ayahku.

Aku biasa memanggil motor hitam ini dengan nama “John”. Tak ada alasan spesial, hanya saja kata “John” terdegar sangat laki menurutku. Di antara banyak kendaraan yang terpakir di dalam garasi rumahku, aku selalu menggunakan John untuk berpergian termasuk saat berangkat sekolah.

My JOHN

Prinsipku ketika berkendara yaitu semakin cepat aku sampai di tujuan maka semakin cepat pula aku membaca buku. Prinsipku inilah yang membuatku jarang berpergian dengan menggunakan bus. Tetapi jika ditanya alasan sebenarnya kenapa aku jarang berkendara naik bus yaitu karena rasa sayangku terhadap motor hitam ini.

Walaupun aku menyayangi John tapi ketertarikanku kepadanya tidak lebih dari buku. Buku memiliki tempat tersendiri bagiku dan dia berada pada urutan teratas daftar benda mati yang paling aku sukai.

Perlu kau ketaui, aku juga bukanlah seorang mesum yang memiliki fetish berlebih terhadap motor. Aku pikir rutinitas setiap pagi yang kulakukan terhadap John seperti memandangnya mencucinya, memeluknya mengelapnya dan terkadang menciumnya menservicenya kupikir masih di dalam batas kenormalan.

wanj*r



Tapi Karin -adik perempuanku- sedikit cerewet dan beberapa kali mengejekku sebagai seorang mesum yang memiliki fetish berlebih terhadap motor.

Selang beberapa saat, orang yang kupikirkan barusan muncul tepat di depanku. Sepertinya dia juga hendak berangkat sekolah. Karin belum bisa mengendarai motor sehingga ia terpaksa berangkat sekolah menggunakan jasa mobil khusus jemputan sekolah.

Jujur saja aku enggan berangkat bareng Karin ke sekolah karena dia itu sangat menjengkelkan ketika sedang di boncengi. Aku pun menyuruh dia mencari teman yang mau melatihnya mengendarai motor, karena ibuku juga tidak terlalu mahir mengendarai motor. Aku akan menjadi opsi terakhir baginya jika tidak ada sama sekali orang yang mau melatihnya mengendarai motor. Meskipun aku ragu bahwa hal tersebut akan terjadi.

Sambil menunggu mobil jemputannya tiba, Karin pun menoleh kearahku dan mulai berbicara kepadaku.

“Eehh.. motor hitam itu lagi? Apa kau tidak bosan kak?” tanyanya dengan nada kesal.
“Tidak.. ” ucapku cuek tanpa melihat wajahnya.
“Hmm.. kalau begitu kak, apa kau tidak bosan dengan warna hitam itu?” tanyanya sambil tangannya memegang-megang bagian body motor John.

Aku baru ingat rencanaku dulu untuk mengecat ulang John agar tampak baru. Selama ini aku memang sudah cukup puas dengan design bawaan John, tapi mengecat ulang John sepertinya bukanlah sesuatu yang buruk. Nice Karin!.

”Ehmm.. benar juga. Aku memang sempat memikirkan untuk mengecat ulang warna motor ini” ucapku bahagia.

Aku senang karena adik perempuanku ini ternyata cukup pengertian. Aku pun mulai menghiraukan dia dan menoleh ke arahnya. Perhatian ini aku berikan karena aku merasa berterima kasih atas saran yang dia berikan sebelumnya.

Aku kaget ketika aku mulai memperdulikan dia, sikap dia mendadak mulai terlihat berbeda seperti seorang yang memiliki kepribadian ganda.

Wajahnya yang polos tadi berubah menjadi wajah yang seram. Senyumnya yang tulus tadi berubah membentuk senyum licik dengan raut wajah seperti sedang kesurupan. Aku semakin terkejut saat dia tiba- tiba saja mendekatkan wajahnya untuk melihat wajahku. 

SISCON lucknut!!!

Dengan raut wajah merah memelas, dia mengucapkan beberapa kata dengan nada menggoda tepat di depan wajahku.

“Hmm.. kalau begitu cat dengan warna lain aja ya kak?”.

Aku mendadak berubah menjadi salah tingkah karena tingkah nakalnya itu. 
Jujur hubunganku dengan Karin memang tidak bisa dibilang akrab bahkan aku cenderung menganggap dia sebagai sosok adik yang menjengkelkan. Sampai sekarang aku masih melihat dia dengan anggapan seperti itu, tapi…

[Whoooa]
“.. Wajahnya dekat sekali!”. 

wow moe :v

Setelah kuperhatikan tidak cuma matanya yang indah tapi bulu matanya juga panjang. Lalu hidungnya.. hidungnya memang sedikit pesek tapi bentuknya indah. Rambutnya.. sangat-sangatlah rapi dan ahh.. bau samponya sungguh nikmat untuk dihirup. Dan bibirnya.. bibir pinknya yang berkilau itu terlihat sangat lembut yang membuatku entah kenapa…

[Arghh]
Aku memang sering mengabaikan Karin dan menganggapnya menjengkelkan bahkan sampai detik ini, tapi jujur baru sekarang kusadari bahwa adik perempuanku ini ternyata adalah seorang gadis biasa yang sangatlah cantik. 

Dengan posisi wajah yang sedekat seperti ini aku bahkan sampai berpikiran bahwa dia seakan-akan sedang membuat challenge “#Ayo cium aku”.

Siang bolong dan aku sedang berduaan dengan seorang adik perempuan yang sangat cantik dengan jarak wajah diantara kami tidak kurang dari 10 cm. Jangan lupa kalau ada challenge “#Ayo cium aku”. Jika kau menjadi diriku, aku berani bertaruh bahwa kau benar-benar akan menciumnya.

“Oi.. Oi.. apa yang kupikirkan! Dia adalah adik perempuanku!”.

Aku minta maaf karena aku bukan orang mesum lagi.

Aku sudah bertekad untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan melupakan masa kelamku dulu sebagai bandit mesum. Dan yang lebih penting lagi dia itu adalah adik perempuanku! Adikku!

Kuakui aku mungkin akan mempertimbangkan hal ini kembali jika dia bukanlah adik perempuanku. Bukankah aku masih dikatakan normal jika aku lebih memilih mencium seorang gadis cantik daripada cowok?.

Aku tidak bisa memikirkan rencana yang logis dalam kondisi seperti ini. Aku hanya terpikir untuk segera memalingkan mukaku dari mukanya dan berusaha mengontrol emosi dan mentalku yang benar-benar sukses di kacaukannya.

“Ehh.. Anu… kira-kira warna apa yang bagus?” ucapku dengan grogi sambil memalingkan muka.
“Cat ulang warna pink!”.
“Hah? T—tidak!”.
“Kalo begitu, ungu!”.
“Tidak”.
“Hijau?”.
“Tidak.. Tidak!” bentakku marah.
“Perlu kau ketahui, aku suka warna hitam! Termasuk untuk warna motorku ini”.

Awas loe..

Bentakan yang kulakukan sepertinya sukses mengusik kepercayaan dirinya untuk berbicara kepadaku lagi. Dia pun terdiam dan terkejut.

Bukan Karin kalau dia tidak keras kepala, buktinya dia masih saja berani bertanya padaku walaupun tadi sudah kubentak habis-habisan.

“Ahh.. kak Aldi baperan nih”.

Oi.. oi.. Apa-apaan kau adik perempuanku! Aku tidak akan baper jika kau tadi tidak melakukan hal aneh seperti ini.  

"Kalau begitu gimana kalau motornya di jual saja? Terus beli baru yang sama persis kan warnanya jadi lebih keren?”.

Damn!

Aku hanya diam tak menjawab pertanyaannya. Pertanyaan itu adalah salah satu pertanyaan yang paling menyakitkan yang pernah kudengar. Aku bahkan sama seklai tidak berniat untuk menjawabnya. 

Sejak suasana menjadi hening karena aku tidak merespons pertanyaannya, aku pun lalu memanfaatkan momentum hening ini untuk segera naik ke atas motor dan memakai helm untuk segera berangkat sekolah.

[Brem..brem!!]
Sabar itu juga ada batasnya. Bahkan setiap manusia termasuk diriku ini juga pasti akan marah kalau di ejek terus menerus tentang hal yang kau sukai.

“Mau kemana kak? Kok gak dijawab?” ucap Karin kesal.

Tanpa memperdulikan Karin, aku mulai menghidupkan motorku dan memacunya secepat mungkin sehingga membuat suara yang bising dan asap knalpot yang bertebaran di udara.

sepanjang jalan kenangan

Setelah aku menempuh perjalanan yang lumayan jauh, emosiku pun mulai cukup tenang dan aku mulai bisa mengontrol diriku.

Kali ini aku menarik sebuah nafas panjang dan menghembuskannya seraya berkata:

“Sepertinya kali ini aku benar-benar bertengkar dengannya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar