VOLUME 1 CHAPTER 2
“JOHN”
Pemandangan sore hari yang indah menghiasi jendela bus
kota yang kutumpangi bersama adik perempuanku ini. Anak-anak kecil yang
berlarian, layang-layang yang bertebaran di langit, pelangi yang terbentuk
selepas hujan bahkan hanya ada sedikit mobil yang mengantri untuk melewati
lampu lalu lintas. Semua hal tampak sempurna. Aku memang jarang sekali naik bis
tapi baru sekarang aku menyadari bahwa naik bus itu ternyata tidaklah seburuk
yang aku bayangkan selama ini.
Saking jarangnya aku naik bus, aku bahkan bisa
menghitung dengan jari berapa kali aku pernah berpergian dengan naik bus.
Bukannya bermaksud sombong, kau tau sendiri alasan sebetulnya kenapa aku jarang
berpergian dengan naik bus yaitu karena susahnya diriku untuk menikmati membaca
buku jika tidak dalam keadaan sunyi. Dan di dalam bus adalah salah satu dari
medan pertempuran terhebat bagi seorang kutu buku sepertiku ini.
Aku berbohong jika aku mengatakan bahwa aku dapat
menikmati membaca buku dalam keramaian. Memang benar aku mungkin tetap bisa
membaca buku tersebut atau bahkan sampai menyelesaikannya. Tetapi rasa puas dan
nikmat yang aku dapatkan tidaklah seberapa. Aku ingin membaca buku hingga
membuat diriku benar-benar puas sampai 100%.
Meskipun begitu, aku tetap saja membacanya karena aku
menyukai buku.
“Cewek itu … “.
Hal pertama yang kuingat jika aku berkendara dengan
naik bus yaitu “cewek itu”. Yah.. pertemuan pertamaku dengannya dan juga
pertama kalinya bagiku berpergian dengan naik bus sendirian. Kalau tidak salah,
itu terjadi ketika hari awal aku masuk SMA.
[START OF FLASHBACK]
Hari awal masuk SMA
Aku terbangun dari tidurku lalu membuka kedua mataku
disalah satu hari yang paling aku tunggu-tunggu dalam hidupku ini.
“Akhirnya .. Hari ini tiba”.
Aku segera bangkit dari posisi tidurku dan langsung
mengambil smartphone yang aku taruh di atas meja di dekat tempat
tidurku. Aku lalu memasukkan kata sandi yang kupasang pada smartphoneku.
Setelah berhasil masuk, hal pertama yang kulihat yaitu waktu saat ini dan smartphoneku
pun menunjukan saat ini sedang pukul 05.30 pagi.
“Ahh… Sial aku kesiangan!” teriakku karena kaget.
Tak kusangka pertama kalinya aku kesiangan untuk
olahraga pagi yaitu di hari yang paling aku tunggu-tunggu. Perlu kau
tahui, sejak aku memutuskan untuk berubah menjadi seorang pribadi yang lebih
baik saat SMA aku belum pernah sama sekali bolos untuk olahraga pagi. Sewaktu
SMP aku adalah seorang siswa nakal yang divonis sebagai seorang yang
berkepribadian mesum buruk oleh teman-teman sekolahku.
Banyak hal yang sudah aku lakukan untuk berubah
menjadi pribadi yang lebih baik. Salah satu hal yang rutin kulakukan adalah
olahraga pagi.
Aku biasanya bangun sekitar pukul 04.00 dini hari.
Setelah bangun, aku menyiapkan diri sebentar kemudian langsung keluar untuk berolaharaga
pagi.
Aku biasanya lari mengelilingi komplekku yang berjarak
total 2.5 km ini sebanyak 2 kali putaran. Jadi total setiap hari aku berlari
sejauh 5 km. Walaupun terkadang aku juga sesekali menurunkan dan sesekali
melebihkan jarak lariku.
Setelah beristirahat sebentar, aku mulai melakukan kegiatan fisik lainnya seperti push up dan sit up. Biasanya aku melakukan kegiatan fisik tersebut sampai 100 kali.
Dengan rutinitas sehat yang kulakukan seperti ini
setiap harinya tanpa bolos satu haripun, tubuhku perlahan menunjukkan sisi kemachoannya.
Tubuhku menjadi lebih tinggi, tegap, berisi dan yang paling terasa yaitu perut sixpack
yang aku dapatkan.
![]() |
Ini 6packku mana 6 packmu? wkwk |
Jadi, ketika aku kesiangan bangun sehingga terpaksa
membolos untuk olahraga pagi aku sangatlah kesal. Olahraga itu sangat penting
bagi kesehatan semua orang, termasuk kutu buku. Dan keuntungan lain yang kau
akan dapatkan yaitu tubuh sehat dan ideal untuk menjadi seorang pangeran.
“.. TIDAK!!! Kenapa harus hari ini!” celetukku kesal.
Tak lama kemudian ada seseorang yang memanggilku dari
luar pintu kamarku.
“Aldi.. Aldi.. kamu sudah bangun belum?” teriak ibuku
dengan lantangnya.
“Aldi.. ayo cepat bangun! Sekarang sudah hampir jam 6,
nanti telat loh kesekolahnya”.
Ibuku sepertinya tidak percaya bahwa aku sudah bangun.
Kali ini dia bahkan sampai menggedor-ngedor pintu kamarku. Aku pun sepertinya
berada dalam posisi dimana aku harus merespon pertanyaannya.
“Iya.. iya aku bangun” jawabku tegas.
“Ibu sudah siapkan sarapan di meja makan. Jangan lupa
sarapan dulu ya nanti sebelum berangkat sekolah”.
“Iya.. baiklah”.
Setelah kuingat-ingat sudah lama aku tidak dibangunkan
oleh ibuku seperti ini. Sejak aku memutuskan untuk berubah menjadi seorang
pribadi yang lebih baik, aku selalu bangun sendiri dan menyiapkan segala
sesuatunya sendirian.
Ibuku adalah seorang yang cantik, lembut, rajin dan
penyayang. Dia adalah panutanku dalam segala hal terlebih dalam hal memasak.
Bangun pagi juga salah satu kebiasaan baik darinya yang aku tiru.
Aku berpikir bahwa kali ini ibuku sepertinya memang
sengaja tidak membangunkanku saat pagi hari tadi ketika dia juga terbangun.
Mungkin dengan begitu, aku pikir ibuku jadi bisa berteriak menyuruhku untuk
segera bangun dan dia bisa menyiapkan segala hal yang biasanya para ibu pada
umumnya lakukan kepada anaknya sebelum berangkat sekolah.
“Arghhh..” ucapku sambil menggaruk-garuk rambutku.
Aku tak punya waktu untuk memikirkan hal-hal seperti
ini.
“Tunggu sebentar ..” gumamku dalam hati.
Setelah kupikir-pikir sepertinya wajar saja ibuku
ingin memperlakukanku seperti ini jika mengingat hubunganku dengan ibu dulu
yang pernah renggang. Meskipun demikian, tetap saja aku masih menyukai
perlakuan sayang seorang ibu yang seperti ini.
Aku pun bergegas mandi dan mempersiapkan peralatan
sekolahku. Setelah aku selesai mandi, aku langsung memakai seragam sekolah
SMA UB. Seragam sekolah SMA UB memakai setelan jas dan celana berwarna merah.
Sebelum keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk
sarapan, aku menyempatkan diri untuk berdiri didepan kaca besar yang tergantung
di kamarku itu untuk memastikan kembali penampilanku.
Aku tertawa dengan senyum kecil lalu berkata:
![]() |
Perfect! |
“Hari ini aku benar-benar menakjubkan”.
Setelah cukup puas melihat wajah gantengku dari kaca
aku pun keluar kamarku lalu turun ke bawah untuk sarapan.
Sesampainya disana, aku pun mulai menyantap sarapanku
bersama Karin dan ibuku yang sudah terlebih dahulu berada di meja makan.
Setelah selesai sarapan dan berpamitan dengan ibuku,
aku langsung keluar berjalan menuju garasi rumahku dan mulai mengeluarkan motor
hitam kesayanganku hadiah pemberian dari ayahku.
Aku biasa memanggil motor hitam ini dengan nama
“John”. Tak ada alasan spesial, hanya saja kata “John” terdegar sangat laki
menurutku. Di antara banyak kendaraan yang terpakir di dalam garasi rumahku,
aku selalu menggunakan John untuk berpergian termasuk saat berangkat sekolah.
Prinsipku ketika berkendara yaitu semakin cepat aku
sampai di tujuan maka semakin cepat pula aku membaca buku. Prinsipku inilah
yang membuatku jarang berpergian dengan menggunakan bus. Tetapi jika ditanya
alasan sebenarnya kenapa aku jarang berkendara naik bus yaitu karena rasa
sayangku terhadap motor hitam ini.
Walaupun aku menyayangi John tapi ketertarikanku
kepadanya tidak lebih dari buku. Buku memiliki tempat tersendiri bagiku dan dia
berada pada urutan teratas daftar benda mati yang paling aku sukai.
Perlu kau ketaui, aku juga bukanlah seorang mesum yang
memiliki fetish berlebih terhadap motor. Aku pikir rutinitas setiap pagi
yang kulakukan terhadap John seperti memandangnya mencucinya, memeluknya
mengelapnya dan terkadang menciumnya menservicenya kupikir masih
di dalam batas kenormalan.
![]() |
wanj*r |
Tapi Karin -adik perempuanku- sedikit cerewet dan
beberapa kali mengejekku sebagai seorang mesum yang memiliki fetish
berlebih terhadap motor.
Selang beberapa saat, orang yang kupikirkan barusan
muncul tepat di depanku. Sepertinya dia juga hendak berangkat sekolah. Karin
belum bisa mengendarai motor sehingga ia terpaksa berangkat sekolah menggunakan
jasa mobil khusus jemputan sekolah.
Jujur saja aku enggan berangkat bareng Karin ke
sekolah karena dia itu sangat menjengkelkan ketika sedang di boncengi. Aku pun
menyuruh dia mencari teman yang mau melatihnya mengendarai motor, karena ibuku
juga tidak terlalu mahir mengendarai motor. Aku akan menjadi opsi terakhir
baginya jika tidak ada sama sekali orang yang mau melatihnya mengendarai motor.
Meskipun aku ragu bahwa hal tersebut akan terjadi.
Sambil menunggu mobil jemputannya tiba, Karin pun
menoleh kearahku dan mulai berbicara kepadaku.
“Eehh.. motor hitam itu lagi? Apa kau tidak bosan
kak?” tanyanya dengan nada kesal.
“Tidak.. ” ucapku cuek tanpa melihat wajahnya.
“Hmm.. kalau begitu kak, apa kau tidak bosan dengan
warna hitam itu?” tanyanya sambil tangannya memegang-megang bagian body motor
John.
Aku baru ingat rencanaku dulu untuk mengecat ulang
John agar tampak baru. Selama ini aku memang sudah cukup puas dengan design
bawaan John, tapi mengecat ulang John sepertinya bukanlah sesuatu yang buruk. Nice
Karin!.
”Ehmm.. benar juga. Aku memang sempat memikirkan untuk
mengecat ulang warna motor ini” ucapku bahagia.
Aku senang karena adik perempuanku ini ternyata cukup
pengertian. Aku pun mulai menghiraukan dia dan menoleh ke arahnya. Perhatian
ini aku berikan karena aku merasa berterima kasih atas saran yang dia berikan
sebelumnya.
Aku kaget ketika aku mulai memperdulikan dia, sikap
dia mendadak mulai terlihat berbeda seperti seorang yang memiliki kepribadian
ganda.
Wajahnya yang polos tadi berubah menjadi wajah yang
seram. Senyumnya yang tulus tadi berubah membentuk senyum licik dengan raut
wajah seperti sedang kesurupan. Aku semakin terkejut saat dia tiba- tiba saja
mendekatkan wajahnya untuk melihat wajahku.
![]() |
SISCON lucknut!!! |
Dengan raut wajah merah memelas, dia mengucapkan
beberapa kata dengan nada menggoda tepat di depan wajahku.
“Hmm.. kalau begitu cat dengan warna lain aja ya
kak?”.
Aku mendadak berubah menjadi salah tingkah karena
tingkah nakalnya itu.
Jujur hubunganku dengan Karin memang tidak bisa
dibilang akrab bahkan aku cenderung menganggap dia sebagai sosok adik yang
menjengkelkan. Sampai sekarang aku masih melihat dia dengan anggapan seperti
itu, tapi…
[Whoooa]
“.. Wajahnya dekat sekali!”.
![]() |
wow moe :v |
Setelah kuperhatikan tidak cuma matanya yang indah
tapi bulu matanya juga panjang. Lalu hidungnya.. hidungnya memang sedikit pesek
tapi bentuknya indah. Rambutnya.. sangat-sangatlah rapi dan ahh.. bau samponya
sungguh nikmat untuk dihirup. Dan bibirnya.. bibir pinknya yang berkilau itu
terlihat sangat lembut yang membuatku entah kenapa…
[Arghh]
Aku memang sering mengabaikan Karin dan menganggapnya
menjengkelkan bahkan sampai detik ini, tapi jujur baru sekarang kusadari bahwa
adik perempuanku ini ternyata adalah seorang gadis biasa yang sangatlah cantik.
Dengan posisi wajah yang sedekat seperti ini aku
bahkan sampai berpikiran bahwa dia seakan-akan sedang membuat challenge “#Ayo
cium aku”.
Siang bolong dan aku sedang berduaan dengan seorang
adik perempuan yang sangat cantik dengan jarak wajah diantara kami tidak kurang
dari 10 cm. Jangan lupa kalau ada challenge “#Ayo cium aku”. Jika kau
menjadi diriku, aku berani bertaruh bahwa kau benar-benar akan menciumnya.
“Oi.. Oi.. apa yang kupikirkan! Dia adalah adik
perempuanku!”.
Aku minta maaf karena aku bukan orang mesum lagi.
Aku sudah bertekad untuk berubah menjadi pribadi yang
lebih baik dan melupakan masa kelamku dulu sebagai bandit mesum. Dan yang lebih
penting lagi dia itu adalah adik perempuanku! Adikku!
Kuakui aku mungkin akan mempertimbangkan hal ini
kembali jika dia bukanlah adik perempuanku. Bukankah aku masih dikatakan normal
jika aku lebih memilih mencium seorang gadis cantik daripada cowok?.
Aku tidak bisa memikirkan rencana yang logis dalam
kondisi seperti ini. Aku hanya terpikir untuk segera memalingkan mukaku dari
mukanya dan berusaha mengontrol emosi dan mentalku yang benar-benar sukses di
kacaukannya.
“Ehh.. Anu… kira-kira warna apa yang bagus?” ucapku
dengan grogi sambil memalingkan muka.
“Cat ulang warna pink!”.
“Hah? T—tidak!”.
“Kalo begitu, ungu!”.
“Tidak”.
“Hijau?”.
“Tidak.. Tidak!” bentakku marah.
“Perlu kau ketahui, aku suka warna hitam! Termasuk
untuk warna motorku ini”.
Bentakan yang kulakukan sepertinya sukses mengusik
kepercayaan dirinya untuk berbicara kepadaku lagi. Dia pun terdiam dan
terkejut.
Bukan Karin kalau dia tidak keras kepala, buktinya dia
masih saja berani bertanya padaku walaupun tadi sudah kubentak habis-habisan.
“Ahh.. kak Aldi baperan nih”.
Oi.. oi.. Apa-apaan kau adik perempuanku! Aku tidak
akan baper jika kau tadi tidak melakukan hal aneh seperti
ini.
"Kalau begitu gimana kalau motornya di jual saja?
Terus beli baru yang sama persis kan warnanya jadi lebih keren?”.
![]() |
Damn! |
Aku hanya diam tak menjawab pertanyaannya. Pertanyaan
itu adalah salah satu pertanyaan yang paling menyakitkan yang pernah kudengar.
Aku bahkan sama seklai tidak berniat untuk menjawabnya.
Sejak suasana menjadi hening karena aku tidak
merespons pertanyaannya, aku pun lalu memanfaatkan momentum hening ini untuk
segera naik ke atas motor dan memakai helm untuk segera berangkat sekolah.
[Brem..brem!!]
Sabar itu juga ada batasnya. Bahkan setiap manusia
termasuk diriku ini juga pasti akan marah kalau di ejek terus menerus tentang
hal yang kau sukai.
“Mau kemana kak? Kok gak dijawab?” ucap Karin kesal.
Tanpa memperdulikan Karin, aku mulai menghidupkan
motorku dan memacunya secepat mungkin sehingga membuat suara yang bising dan
asap knalpot yang bertebaran di udara.
![]() |
sepanjang jalan kenangan |
Setelah aku menempuh perjalanan yang lumayan jauh,
emosiku pun mulai cukup tenang dan aku mulai bisa mengontrol diriku.
Kali ini aku menarik sebuah nafas panjang dan
menghembuskannya seraya berkata:
“Sepertinya kali ini aku benar-benar bertengkar
dengannya”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar