VOLUME 1 CHAPTER
9
“TEMAN SEKELAS”
“TEMAN SEKELAS”
Setelah cewek tsundereitu pergi meninggalkanku, aku pun langsung bergegas menuju ke tangga sekolah
dan pergi ke lantai 3 dimana kelasku berada.
Selama
diperjalanan menuju lantai 3, aku terus memikirkan bagaimana nasib masa SMAku
ini kedepannya? Aku terus kepikiran kira-kira apa yang selanjutnya akan
dilakukan oleh cewek tsundere itu kepadaku? Apa dia akan tutup mulut?
Atau malahan dia akan membongkarnya? Jujur aku sangat takut jika cewek tsundere
itu sampai memilih untuk membocorkan hal mesum yang kulakukan kepadanya dan
berbicara yang tidak-tidak tentangku. Jika itu benar-benar terjadi, maka hancur
sudah harapanku untuk menikmati masa SMAku ini dengan damai.
![]() |
apes dah.. |
[Arrgh]
Aku baru ingat.
Jika dipikirkan lebih jauh lagi, bisa-bisa identitas masa kelamku saat SMP dulu
sebagai bandit mesum pasti akan langsung kebongkar. Ahh.. Tidak! Aku
benar-benar gelisah saat ini. Didalam kegelisahanku ini, tak terasa aku telah
sampai saja dilantai 3.
SMA UB, tempat
diriku bersekolah ini termasuk salah satu sekolah unggulan yang berbasis IT.
Jadi semua pengumuman dan hal penting lainnya kebanyakan akan diberitahukan
lewat media online seperti diwebsite resmi sekolah.
Salah satu
pengumuman penting dari sekolah yang diberitahukan lewat website resmi sekolah
yaitu tentang daftar pembagian kelas. Sebelum berangkat ke sekolah, aku telah
terlebih dahulu mengecek website sekolahku ini dan melihat pengumuman tentang
daftar pembagian kelas tahun ajaran ini.
SMA UB memiliki
daya tamping sekitar 210 siswa setiap tahunnya. Aku tidak terlalu paham berapa
jumlah siswa dalam satu kelasnya. Tapi jika memperkirakan ada sekitar 30 orang
siswa dalam satu kelasnya maka dapat dikatakan bahwa ada sekitar 7 kelas dalam
satu angkatannya. Aku sendiri berada dikelas 1 – 3.
Aku memasuki
kelas 1 - 3 dengan rasa percaya diri. Setelah melewati pintu masuk, aku melihat
sekeliling kelas. Hal pertama yang kuamati yaitu jumlah meja dan tempat duduk
yang disusun dengan format 6x5. Berarti ada sekitar 30 murid dalam kelas ini.
Dan juga jenis meja dan tempat duduk yang disediakan disekolah ini dirancang
khusus untuk 1 orang saja.
Karena aku datang
terlambat sepertinya hampir semua meja dan tempat duduk yang ada sudah terpenuhi dan hanya
menyisahkan 3 buah meja dan tempat duduk yang kosong pada bagian belakang.
Aku memiliki
kesan bahwa sepertinya kelasku ini tempat berkumpulnya orang-orang cerdas dan
rajin. Buktinya baru hari pertama saja barisan depan kelas sudah terisi penuh.
Aku sangat bersyukur jika kenyataannya memang benar begini. Teman sekelas yang
cerdas dan rajin adalah sekutu yang paling menguntungkan bagi seorang kutu
buku.
Aku pun segera
menuju bagian belakang ruang kelas dan memilih untuk duduk di bangku sudut
belakang dekat jendela yang masih kosong. Perlu kau ketahui bahwa tempat ini
adalah tempat paling sempurna bagi orang-orang yang ingin menyendiri.
Kau bisa menutupi
keberadaanmu dengan gorden jendela. Kau bisa bersembunyi dibelakang badan
teman-temanmu. Dan jika kau merasa bosan, kau bisa melihat pemandangan diluar
jendela sekali-sekali. Bukankah tempat ini sempurna?
Setelah duduk
dikursiku, aku pun menaruh tasku diatas meja dan mulai mengamati bagaimana
karakter teman-teman sekelasku. Ada yang sibuk sendiri, ada yang asik main gadget,
ada yang tidur, tapi kebanyakan dari mereka sudah mulai mengobrol dengan teman
baru mereka.
Aku juga tak lupa
mengamati jumlah murid perempuan calon haremku dan jumlah laki-laki yang
ada dikelas ini. Jumlah siswa laki-laki dikelasku ada 11 orang termasuk diriku
dan sisanya sekitar 17 orang adalah perempuan.
“Jadi
perbandingan cowok dan cewek sekitar 2 : 3, kah?” gumamku pelan.
Tak lama
berselang, bangku didepanku yang sebelumnya kosong sepertinya hendak diduduki
oleh seseorang. Setelah kuperhatikan, ternyata yang hendak duduk didepanku ini
adalah cewek cowok tadi pagi yang kubonceng, Aura. Oh.. jadi ternyata
dia siswa baru sepertiku juga rupanya.
![]() |
wanj*r malah satu kelas |
“Oh.. S—elamat
pagi, Aldini..” ucapnya malu-malu.
Aku terkejut
ketika ternyata orang pemalu seperti dia itu mau menyapaku terlebih dahulu.
“Yo.. Selamat
pagi” balasku sopan.
Suasana menjadi
hening, aku mendadak kebinggungan untuk berbicara. Jujur saja sampai detik ini,
aku masih kaget dan tidak percaya setelah mendengar pengakuannya bahwa dia itu
ternyata adalah cowok.
Aku dilema untuk
memperlakukan dia itu seperti apa. Harus kuakui bahwa wajah Aura itu sangatlah
manis seperti cewek normal biasanya. Merupakan suatu kerugian jika aku memilih
memperlakukan dia sebagai seorang cowok, namun meskipun begitu dia juga tetap
bukanlah cewek. Jika aku memilih memperlakukannya sebagai seorang cewek normal
meskipun kenyataannya dia itu adalah cowok, maka pasti aku akan dianggap
orang-orang sebagai gay. Aku tidak ingin gosip aneh seperti itu sampai
terjadi. Sial! Aku benar-benar dibuat kebinggungan oleh teman cowok pertamaku
ini.
“Anuu.. A-pa
boleh aku duduk disini?” tanyanya malu-malu tanpa melihat wajahku.
“Boleh kok. Duduk
saja.. aku tidak keberatan” jawabku sambil mempersilahkannya.
Dia pun langsung
duduk dikursinya. Setelah duduk dikursinya, dia sesekali melirik diriku yang
duduk tepat dibelakangnya. Aku pun hanya tersenyum ketika menangkap basah dia
ketahuan sedang meliriku.
![]() |
kagak nahan posenya |
“Al-dini..
M—akasih ya buat tadi pagi” ucapnya
penuh penghayatan.
Aku tahu pola
kalimat seperti ini. Ini adalah kalimat yang biasanya diucapkan seseorang
ketika mereka sudah kehabisan ide untuk memulai suatu pembicaraan. Hm..
sepertinya Aura melirikku terus-terusan sebelumnya karena ingin berbicara
denganku lagi.
“Iya. Aku juga
terima kasih” balasku dengan senyum manis.
Dia diam sebentar
lalu melihat perban yang ada dilenganku.
“I—tu.. tanganmu
itu kenapa.. Aldini?” tanyanya penuh perhatian.
Bagus Aura.. Ini
baru benar. Menanyakan pertanyaan prihatin seperti itu kepadaku dengan wajah
manis malu-malu dan ekspresi penuh perhatian adalah sesuatu yang kuharapkan.
Tidak seperti yang dilakukan oleh cewek tsundere kepadaku tadi pagi.
“Aldi.. ” ucapku
lembut.
“Hm? Maksud kamu
apa, Aldini?” tanya dia kebingungan.
“Panggil aku Aldi
saja.. atau Al bisa juga. Terserah kamu aja.”
Dia berpikir
cukup lama hanya untuk memutuskan memanggilku seperti apa.
“Kalau begitu..
Aldi?” ucapnya sambil menatapku malu-malu.
![]() |
nikmat mana lagi yang kau dustakan? |
[Whoaa]
Baru kali ini aku
jadi sangat bahagia ketika namaku dipanggil. Tunggu sebentar.. Sadar Aldini!
Dia itu cowok!
Aku yang tersipuh
malu pun cepat-cepat kembali menetralkan wajahku dan mengontrol emosiku ini.
“A-da apa, Aura?”
tanyaku agak gugup.
“Hm? Tidak.. aku
hanya mencoba memanggil namamu saja.. Aldi” ucapnya polos.
“Oh.. b-begitu
ya?”
Walaupun aku
mengizinkan dia memanggilku dengan nama Aldi, tapi bukankah dia terlalu sering
mengucapkan namaku ketika berbicara? Gawat! Ini buruk bagi jantungku. Aku tidak
tahan setiap kali melihat wajah manisnya itu memanggil namaku.
“Aldi.. jadi
tanganmu itu kenapa?” tanyanya penuh perhatian.
“Oh ini.. Tadi
pagi aku gak sengaja jatuh pas nabrak mobil ayahmu” jawabku jujur.
“Hm.. Coba aku
liat” ucapnya sambil wajahnya mendekat kearahku.
![]() |
sini abang cium.. |
Tunggu sebentar,
Aura! Kenapa kau tiba-tiba mendekat kearahku? Dan tanganmu itu.. kenapa
tanganmu itu sangat halus sekali saat menyentuhku?
Ahh.. Sial! Aku kena PHP.
Saking terpedayanya aku oleh dia, aku bahkan tidak sadar bahwa ternyata yang
sedang dia lakukan kepadaku yaitu hanya ingin menguatkan kembali plester perban
ternyata terpasang agak renggang itu.
“Ohh.. M-akasih”
jawabku salah tingkah.
![]() |
Oh tidak!! |
Seakan menyadari
sikapku yang salah tingkah, dia pun langsung bergerak menjauh dari hadapanku.
Ah.. Tidak! Aku benci diriku yang masih menginginkan moment tersebut tetap
terjadi.
“Al—di, maaf ya..
karena ayahku kamu jadi terluka” ucapnya dengan raut sedih.
Sudah cukup! Aku
sudah tidak tahan lagi melihat dia! Aku mohon seseorang tolong hentikan
percakapanku dengan cowok didepanku ini.
“I—ya ga papa
kok” jawabku lembut.
Harapanku
benar-benar terwujud ketika Aura mendengar suara pesan masuk dari ponselnya
yang berada didalam tas. Dia pun berbalik badan dan kembali menghadap kedepan.
Ah.. akhirnya percakapan bahagia bahaya itu benar-benar berakhir kali
ini.
![]() |
akhirnya selesai juga.. |
Baiklah dengan
masuknya Aura berarti membuat jumlah cowok dikelas ini menjadi total 12 orang
dan jumlah cewek tetap 17. Kalau begitu, berarti hanya tersisa 1 orang lagi
yang belum datang kekelas.
Hiruk pikuk
keramaian mendominasi suara di seluruh penjuru kelas. Teman-teman sekelasku
sepertinya sudah mulai asik ngobrol dengan teman baru mereka. Aku tidak terlalu
berniat memiliki banyak teman, mungkin 2 - 3 orang teman sudah cukup bagiku.
Aku akan memilihnya nanti setelah mengenal karakter mereka lebih jauh lagi.
Aku tidak terlalu
berharap sosok teman yang sempurna, seperti pintar, pandai bergaul, kaya,
mempunyai keahlian, atau karena wajah mereka yang rupawan. Aku hanya berharap
mendapatkan sosok teman yang tidak akan mendadak menghilang begitu saja.
Kesimpulannya, aku hanya ingin sosok teman biasa yang akan mengucapkan “selamat
ya” ketika aku sedang bahagia dan mengucapkan “selama tinggal” ketika kami
berpisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar