Jumat, 10 November 2017

VOLUME 1 CHAPTER 9 - TEMAN SEKELAS


VOLUME 1 CHAPTER 9 
“TEMAN SEKELAS”


Setelah cewek tsundereitu pergi meninggalkanku, aku pun langsung bergegas menuju ke tangga sekolah dan pergi ke lantai 3 dimana kelasku berada.

Selama diperjalanan menuju lantai 3, aku terus memikirkan bagaimana nasib masa SMAku ini kedepannya? Aku terus kepikiran kira-kira apa yang selanjutnya akan dilakukan oleh cewek tsundere itu kepadaku? Apa dia akan tutup mulut? Atau malahan dia akan membongkarnya? Jujur aku sangat takut jika cewek tsundere itu sampai memilih untuk membocorkan hal mesum yang kulakukan kepadanya dan berbicara yang tidak-tidak tentangku. Jika itu benar-benar terjadi, maka hancur sudah harapanku untuk menikmati masa SMAku ini dengan damai.

apes dah..

[Arrgh]

Aku baru ingat. Jika dipikirkan lebih jauh lagi, bisa-bisa identitas masa kelamku saat SMP dulu sebagai bandit mesum pasti akan langsung kebongkar. Ahh.. Tidak! Aku benar-benar gelisah saat ini. Didalam kegelisahanku ini, tak terasa aku telah sampai saja dilantai 3.

SMA UB, tempat diriku bersekolah ini termasuk salah satu sekolah unggulan yang berbasis IT. Jadi semua pengumuman dan hal penting lainnya kebanyakan akan diberitahukan lewat media online seperti diwebsite resmi sekolah.

Salah satu pengumuman penting dari sekolah yang diberitahukan lewat website resmi sekolah yaitu tentang daftar pembagian kelas. Sebelum berangkat ke sekolah, aku telah terlebih dahulu mengecek website sekolahku ini dan melihat pengumuman tentang daftar pembagian kelas tahun ajaran ini.

SMA UB memiliki daya tamping sekitar 210 siswa setiap tahunnya. Aku tidak terlalu paham berapa jumlah siswa dalam satu kelasnya. Tapi jika memperkirakan ada sekitar 30 orang siswa dalam satu kelasnya maka dapat dikatakan bahwa ada sekitar 7 kelas dalam satu angkatannya. Aku sendiri berada dikelas 1 – 3.

“Baiklah sekarang aku harus masuk ke ruang kelas 1 – 3” gumamku dalam hati.
 

Aku memasuki kelas 1 - 3 dengan rasa percaya diri. Setelah melewati pintu masuk, aku melihat sekeliling kelas. Hal pertama yang kuamati yaitu jumlah meja dan tempat duduk yang disusun dengan format 6x5. Berarti ada sekitar 30 murid dalam kelas ini. Dan juga jenis meja dan tempat duduk yang disediakan disekolah ini dirancang khusus untuk 1 orang saja.


Karena aku datang terlambat sepertinya hampir semua meja dan tempat duduk  yang ada sudah terpenuhi dan hanya menyisahkan 3 buah meja dan tempat duduk yang kosong pada bagian belakang.

Aku memiliki kesan bahwa sepertinya kelasku ini tempat berkumpulnya orang-orang cerdas dan rajin. Buktinya baru hari pertama saja barisan depan kelas sudah terisi penuh. Aku sangat bersyukur jika kenyataannya memang benar begini. Teman sekelas yang cerdas dan rajin adalah sekutu yang paling menguntungkan bagi seorang kutu buku.

Aku pun segera menuju bagian belakang ruang kelas dan memilih untuk duduk di bangku sudut belakang dekat jendela yang masih kosong. Perlu kau ketahui bahwa tempat ini adalah tempat paling sempurna bagi orang-orang yang ingin menyendiri.

Kau bisa menutupi keberadaanmu dengan gorden jendela. Kau bisa bersembunyi dibelakang badan teman-temanmu. Dan jika kau merasa bosan, kau bisa melihat pemandangan diluar jendela sekali-sekali. Bukankah tempat ini sempurna?

Setelah duduk dikursiku, aku pun menaruh tasku diatas meja dan mulai mengamati bagaimana karakter teman-teman sekelasku. Ada yang sibuk sendiri, ada yang asik main gadget, ada yang tidur, tapi kebanyakan dari mereka sudah mulai mengobrol dengan teman baru mereka.


Aku juga tak lupa mengamati jumlah murid perempuan calon haremku dan jumlah laki-laki yang ada dikelas ini. Jumlah siswa laki-laki dikelasku ada 11 orang termasuk diriku dan sisanya sekitar 17 orang adalah perempuan.

“Jadi perbandingan cowok dan cewek sekitar 2 : 3, kah?” gumamku pelan.

Tak lama berselang, bangku didepanku yang sebelumnya kosong sepertinya hendak diduduki oleh seseorang. Setelah kuperhatikan, ternyata yang hendak duduk didepanku ini adalah cewek cowok tadi pagi yang kubonceng, Aura. Oh.. jadi ternyata dia siswa baru sepertiku juga rupanya.

wanj*r malah satu kelas
“Oh.. S—elamat pagi, Aldini..” ucapnya malu-malu.

Aku terkejut ketika ternyata orang pemalu seperti dia itu mau menyapaku terlebih dahulu.

“Yo.. Selamat pagi” balasku sopan.

Suasana menjadi hening, aku mendadak kebinggungan untuk berbicara. Jujur saja sampai detik ini, aku masih kaget dan tidak percaya setelah mendengar pengakuannya bahwa dia itu ternyata adalah cowok.

Aku dilema untuk memperlakukan dia itu seperti apa. Harus kuakui bahwa wajah Aura itu sangatlah manis seperti cewek normal biasanya. Merupakan suatu kerugian jika aku memilih memperlakukan dia sebagai seorang cowok, namun meskipun begitu dia juga tetap bukanlah cewek. Jika aku memilih memperlakukannya sebagai seorang cewek normal meskipun kenyataannya dia itu adalah cowok, maka pasti aku akan dianggap orang-orang sebagai gay. Aku tidak ingin gosip aneh seperti itu sampai terjadi. Sial! Aku benar-benar dibuat kebinggungan oleh teman cowok pertamaku ini.

“Anuu.. A-pa boleh aku duduk disini?” tanyanya malu-malu tanpa melihat wajahku.

“Boleh kok. Duduk saja.. aku tidak keberatan” jawabku sambil mempersilahkannya.

Dia pun langsung duduk dikursinya. Setelah duduk dikursinya, dia sesekali melirik diriku yang duduk tepat dibelakangnya. Aku pun hanya tersenyum ketika menangkap basah dia ketahuan sedang meliriku.

kagak nahan posenya

“Al-dini.. M—akasih ya buat tadi pagi”  ucapnya penuh penghayatan.

Aku tahu pola kalimat seperti ini. Ini adalah kalimat yang biasanya diucapkan seseorang ketika mereka sudah kehabisan ide untuk memulai suatu pembicaraan. Hm.. sepertinya Aura melirikku terus-terusan sebelumnya karena ingin berbicara denganku lagi.

“Iya. Aku juga terima kasih” balasku dengan senyum manis.

Dia diam sebentar lalu melihat perban yang ada dilenganku.

“I—tu.. tanganmu itu kenapa.. Aldini?” tanyanya penuh perhatian.

Bagus Aura.. Ini baru benar. Menanyakan pertanyaan prihatin seperti itu kepadaku dengan wajah manis malu-malu dan ekspresi penuh perhatian adalah sesuatu yang kuharapkan. Tidak seperti yang dilakukan oleh cewek tsundere kepadaku tadi pagi.

“Aldi.. ” ucapku lembut.

“Hm? Maksud kamu apa, Aldini?” tanya dia kebingungan.

“Panggil aku Aldi saja.. atau Al bisa juga. Terserah kamu aja.”

Dia berpikir cukup lama hanya untuk memutuskan memanggilku seperti apa.

“Kalau begitu.. Aldi?” ucapnya sambil menatapku malu-malu.

nikmat mana lagi yang kau dustakan?

[Whoaa]

Baru kali ini aku jadi sangat bahagia ketika namaku dipanggil. Tunggu sebentar.. Sadar Aldini! Dia itu cowok!

Aku yang tersipuh malu pun cepat-cepat kembali menetralkan wajahku dan mengontrol emosiku ini.

“A-da apa, Aura?” tanyaku agak gugup.

“Hm? Tidak.. aku hanya mencoba memanggil namamu saja.. Aldi” ucapnya polos.

“Oh.. b-begitu ya?”

Walaupun aku mengizinkan dia memanggilku dengan nama Aldi, tapi bukankah dia terlalu sering mengucapkan namaku ketika berbicara? Gawat! Ini buruk bagi jantungku. Aku tidak tahan setiap kali melihat wajah manisnya itu memanggil namaku.

“Aldi.. jadi tanganmu itu kenapa?” tanyanya penuh perhatian.

“Oh ini.. Tadi pagi aku gak sengaja jatuh pas nabrak mobil ayahmu” jawabku jujur.

“Hm.. Coba aku liat” ucapnya sambil wajahnya mendekat kearahku.

sini abang cium..

Tunggu sebentar, Aura! Kenapa kau tiba-tiba mendekat kearahku? Dan tanganmu itu.. kenapa tanganmu itu sangat halus sekali saat menyentuhku? 
Ahh.. Sial! Aku kena PHP. Saking terpedayanya aku oleh dia, aku bahkan tidak sadar bahwa ternyata yang sedang dia lakukan kepadaku yaitu hanya ingin menguatkan kembali plester perban ternyata terpasang agak renggang itu.

“Ohh.. M-akasih” jawabku salah tingkah.

Oh tidak!!

Seakan menyadari sikapku yang salah tingkah, dia pun langsung bergerak menjauh dari hadapanku. Ah.. Tidak! Aku benci diriku yang masih menginginkan moment tersebut tetap terjadi.

“Al—di, maaf ya.. karena ayahku kamu jadi terluka” ucapnya dengan raut sedih.

Sudah cukup! Aku sudah tidak tahan lagi melihat dia! Aku mohon seseorang tolong hentikan percakapanku dengan cowok didepanku ini.

“I—ya ga papa kok” jawabku lembut.

Harapanku benar-benar terwujud ketika Aura mendengar suara pesan masuk dari ponselnya yang berada didalam tas. Dia pun berbalik badan dan kembali menghadap kedepan. Ah.. akhirnya percakapan bahagia bahaya itu benar-benar berakhir kali ini.

akhirnya selesai juga..

Baiklah dengan masuknya Aura berarti membuat jumlah cowok dikelas ini menjadi total 12 orang dan jumlah cewek tetap 17. Kalau begitu, berarti hanya tersisa 1 orang lagi yang belum datang kekelas.

Hiruk pikuk keramaian mendominasi suara di seluruh penjuru kelas. Teman-teman sekelasku sepertinya sudah mulai asik ngobrol dengan teman baru mereka. Aku tidak terlalu berniat memiliki banyak teman, mungkin 2 - 3 orang teman sudah cukup bagiku. Aku akan memilihnya nanti setelah mengenal karakter mereka lebih jauh lagi.

Aku tidak terlalu berharap sosok teman yang sempurna, seperti pintar, pandai bergaul, kaya, mempunyai keahlian, atau karena wajah mereka yang rupawan. Aku hanya berharap mendapatkan sosok teman yang tidak akan mendadak menghilang begitu saja. Kesimpulannya, aku hanya ingin sosok teman biasa yang akan mengucapkan “selamat ya” ketika aku sedang bahagia dan mengucapkan “selama tinggal” ketika kami berpisah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar