Jumat, 10 November 2017

VOLUME 1 CHAPTER 8 - INSIDEN RUANG UKS



VOLUME 1 CHAPTER 8

“INSIDEN RUANG UKS”

SMA Unggulan Bangsa atau yang lebih dikenal dengan SMA UB adalah salah satu SMA unggulan yang berada di kotaku ini. Gedung sekolahku ini dirancang bertingkat dengan 3 lantai. Lantai 1 untuk kelas siswa kelas 12, lantai 2 untuk siswa kelas 11 dan lantai 3 untuk siswa kelas 10. Dan juga sekolahku ini dibangun diatas tanah lapang yang cukup luas sehingga tak heran jika disekolahku ini terdapat berbagai fasilitas tambahan seperti lapangan basket, lapangan futsal dan laboratorium praktikum sekolah.

SMA Unggulan Bangsa

Ketika diperjalanan setelah menyelesaikan hukumanku karena datang terlambat, aku teringat sesuatu tentang letak kelasku.

“Kalau tidak salah kelas 10 itu di lantai 3, kan?” ucapku pelan.

Bukankah itu adalah suatu hal yang baik jika kelasku berada dilantai 3? Karena dengan begitu aku tidak perlu capek-capek naik tangga ke atap sekolah. Otomatis setelah bel pulang sekolah, aku hanya perlu menunggu suasana menjadi sunyi lalu pergi ke atap sekolah. Ah.. aku sudah tidak sabar menantikannya.

Aku kemudian teringat dengan luka gores yang kudapatkan saat menabrak mobilnya ayah Aura tadi pagi. Aku pikir mungkin lebih baik jika aku mengobati terlebih dahulu luka goresku ini sebelum masuk kedalam kelas. Aku pun berkeliling mencari letak Ruang UKS. Karena masih asing dengan lingkungan sekolah ini, butuh waktu lama bagiku untuk menemukan Ruang UKS di sekolah ini.

Serius UKS?

[Ruang UKS – Ekstrakulikuler PMR –  Harap lepas alas kaki anda]
Setibanya aku didalam Ruang UKS, aku tidak melihat satupun perawat atau anggota Ekskul PMR yang sedang bertugas didalamnya. Disana aku hanya melihat ada seorang murid yang sedang berbaring diatas kasur dengan ditemani oleh 2 orang disampingnya. Aku tak bisa melihat wajah mereka karena mereka menutupi wajah mereka dengan tirai yang dipasang.

Aku kemudian mengambil beberapa perban dan obat tetes yang berada didalam kotak obat. Karena tidak ada satupun perawat atau anggota Ekskul PMR yang ada, aku pun terpaksa mengobati luka goresku ini sendirian.

Selagi aku mengobati lukaku ini, sepertinya murid yang berada dibalik tirai itu mulai bangkit berdiri. Dia dan 2 orang disampingnya tampaknya sudah selesai dan hendak keluar dari Ruang UKS ini.

Tirai yang mereka pasang pun terbuka. Aku terlonjak kaget ketika melihat siapa sosok sebenarnya dari mereka bertiga.


“Wah.. seriusan ini?”
“Bukankah itu Kepala Sekolah, Ketua OSIS dan cewek itu.. bukankah dia cewek tsundere di bus tadi?” gumamku dalam hati.

trio golongan atas

Mereka bertiga pun lalu berjalan untuk keluar dari Ruang UKS ini. Meskipun tak menegurku, sepertinya mereka bertiga menyadari akan keberadaanku. Aku yang juga melihat mereka memutuskan untuk memberi sedikit rasa hormatku dengan menundukan kepalaku kebawah beberapa derajat.

Setelah selesai mengobati lukaku, aku kemudian mengembalikan perban dan obat tetes yang kupakai tadi kedalam kotak obat. Setelah itu, aku pun keluar dari ruangan ini.

Ketika aku membuka pinta keluar Ruang UKS ini, aku terkejut ketika melihat cewek tsundere yang belum lama ini barusan keluar dari Ruang UKS sedang berdiri bersandar ke tembok koridor sekolah tepat didepan Ruang UKS.

jangan ngelamun neng :v

Suasana koridor sekolah saat ini sangatlah sepi. Sepertinya murid-murid sekolah ini sedang asyik didalam kelas mereka masing-masing dan guru-guru sepertinya juga masih berada diruangan guru untuk menyiapkan bahan pembelajaran yang akan mereka berikan.

Hmm.. Aku berpikir bahwa cewek tsundere itu sedang menunggu kedatangan seseorang. Satu hal yang jelas dan yang kuyakini bahwa orang yang sedang dia tunggu pasti bukanlah aku! Aku bukan orang yang gede rasa sampai-sampai mengharapkan bahwa orang yang sedang dia tunggu itu adalah diriku.

Aku lalu memutuskan untuk terus berjalan saja dan tidak menghiraukan dia yang masih dalam posisi menyandar ketembok itu dengan lengan tangannya yang ia silangkan ke dadanya. Ketika hanya beberapa langkah melewatinya, dia tiba-tiba berbicara.


“Kau.. Berhenti disana!” ucapnya lantang dengan nada perintah.

Aku ragu bahwa dia sedang berbicara padaku tapi jika mengingat kondisi koridor sekolah yang sepi maka kemungkinan besar orang yang sedang dia ajak bicara adalah aku. Ahh.. sepertinya kali ini sifat gede rasaku benar-benar sedang diuji.

Aku berakhir dengan memutuskan untuk tetap berjalan saja dan kembali tidak mengacuhkannya. Aku harus bertindak hati-hati jika berurusan dengannya. Lebih-lebih sepertinya dia punya koneksi khusus dengan Ketua OSIS bahkan Kepala Sekolah.

“Hei Aldini.. Apa kau tidur mendengarku?” ucapnya dengan nada lantang.

Woy tunggu dulu.. darimana kau tahu namaku itu? Apa kita pernah satu sekolah? Tidak.. Tidak.. aku yakin aku tidak pernah satu sekolah dengannya dulu.

Aku tidak bisa menyembunyikan keterkejutanku saat mendengar namaku disebut oleh seorang cewek yang tidak aku kenal sebelumnya. Aku lalu memutuskan untuk meresponsnya saja dengan cara berbalik badan dan menoleh kearahnya.

habis dah gue

Dia lalu melanjutkan perkataanya dengan menatapku cukup tajam.

“Tanganmu.. Tanganmu itu kenapa?”

Jujur saja baru kali ini aku mendengar pertanyaan prihatin seperti itu diucapkan dengan nada marah. Ngeri!

“Oh luka ini.. aku hanya terpeleset tadi” jawabku bohong.

Tidak mungkin aku bilang bahwa ini bekas tertabrak oleh mobil. Aku bukan orang yang berharap ingin dikasihani oleh seseorang.

“Oh begitukah..” ucapnya lega.
“Tunggu sebentar.. Apa kau sedang mengkhawatirkanku?” tanyaku penasaran.

Dikhawatirkan oleh seorang cewek cantik bukanlah itu adalah hal yang biasanya diinginkan oleh cowok-cowok seusiaku ini? Atau mungkin dia mengkhawatirkanku karena terpesona wajah gantengku ini? Wow.. aku tidak menyangka usahaku untuk berubah menjadi pribadi yang baik langsung berbuah secepat ini.

Dia diam sebentar lalu menarik nafas panjang. Kesenanganku seketika langsung pupus ketika dia mulai berbicara kembali.


“Hah? Khawatir? Mana mungkin aku mengkhawatirkan seorang cowok mesum. Najis banget” ucapnya dengan nada mengejek.
“Mesum? Najis? Yo.. Bukankah perkataanmu itu terlalu kasar?” tanyaku kesal.
“Apa aku salah? Kau cowok mesum di bus yang memegang tangan cewek sembarangan tanpa izin. Bukankah yang kau lakukan itu termasuk perbuatan mesum?”.
“Sepertinya kau salah paham tentang itu” jelasku tegas.
“Salah paham katamu? Kalau begitu, beri aku alasan kenapa kau sampai berani-beraninya dibus tadi memegang tanganku dan mendorongku untuk duduk dibangkumu?”

Aku terdiam untuk beberapa saat. Mencoba memikirkan alasan yang tepat untuk aku katakan kepadanya.

“Aku melakukan hal tersebut karena aku melihat sepertinya dibus tadi kau tampak kelelahan”
“Aku kelelahan? Atas dasar apa kau memutuskan lelucon seperti itu?”
“Kakimu bergetar, wajahmu pucat sekali dan genggaman tanganmu itu terlalu kuat untuk dibilang normal. Hm.. apa aku salah?”

Dia diam sebentar lalu membuat sebuah senyum mengejek di bibirnya.


“Hei Aldini..” tanyanya penuh percaya diri.
“Kenapa?” jawabku singkat.
“Apa kau adalah tipe orang yang kurang kerjaan? Tidak.. tidak.. Apa kau adalah orang gila yang mesum? Aku tahu yang kau bilang tadi itu bohong. Jadi.. apa alasanmu sebenarnya sampai melakukan semua hal aneh tersebut?
“Aku hanya ingin membantumu. Itu saja”.

Kali ini dia menatapku dengan matanya yang seakan merendahkanku.

“Oh.. aku tahu trik murahan seperti ini. Kau pasti tadi sengaja menolongku karena sebenarnya kau tertarik padaku kan? Jujur saja kau menyukaiku kan?”.

Oi.. oi apa-apaan maksudmu? Kuakui bahwa wajahmu itu memang cantik tapi aku bukanlah tipe orang yang hanya menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya saja.

“Sudah kubilang kau hanya salah paham.. Aku hanya ingin membantumu”.

Kali ini dia merubah posisinya menjadi berdiri tegap, lalu dia berkata.

woy dengerin!

“Hei.. kau cowok mesum. Biar aku perjelas saja... Semua leluconmu itu adalah sampah”.
“Aku adalah gadis muda yang sehat. Aku bukanlah gadis manja yang langsung kelelahan hanya karena berdiri dibus. Kakiku hanya kesemutan, lalu aku mengenggam tanganku kuat karena takut jatuh dan wajahku.. wajahku memang putih pucat cantik seperti ini” jelasnya tegas dan lantang. 

Aku sudah menduga bahwa dia akan mengelak dan mencari-cari alasan. Dasar kau cewek tsundere sok kuat.

“Hm.. jadi begitu rupanya. Lalu, kenapa kau barusan tadi berada di Ruang UKS?” tanyaku seakan ingin menantangnya berdebat.
“Apa itu urusanmu? Aku tidak punya kewajiban untuk memberitahu kegiatan pribadiku kepada orang mesum sepertimu”.

Aku pun terdiam, sepertinya aku sudah kalah berdebat dengannya bahkan ketika aku baru saja ingin memulainya.

“Baiklah.. lalu apa yang kau mau dariku?” jawabku menyerah.
“Minta maaf padaku!” ucapnya lantang.

Aku bukanlah orang kompleks yang mau repot-repot menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu yang tidak berguna. Aku bisa saja menyudutkan dia dan membalikkan semua keadaan yang sedang kualami ini. Tapi aku pikir lebih baik kali ini aku mengalah saja dan memaafkan sifat egois dari cewek tsundere itu. 

“Baiklah.. aku minta maaf” ucapku tanpa ekspresi

Dia sepertinya cukup terkejut karena aku langsung menuruti perkataannya tanpa protes sama sekali.

“Bagus jika kau cepat paham”.
“Dan satu hal lagi.. Setelah ini, aku ingin kau jangan pernah coba-coba untuk berbicara denganku lagi. Aku sudah tidak mau berhubungan dengan orang mesum sepertimu” ucapnya penuh penghinaan.
“Yo--“

Belum selesai aku mengucapkan kalimatku, dia sudah pergi meninggalkanku.

Huuh.. dasar cowok mesum
Aku hanya terdiam saat dia menjauh dariku. Ada rasa kesal menyesakkan yang kurasakan setelah berbicara dengannya. Jujur aku tidak terima dibilang cowok mesum jika mengingat fakta bahwa sebenarnya aku itu menolongnya. Bukankah seharusnya dia itu berterima kasih kepadaku alih-alih malah mengejekku? 

[Arghh..]
Dasar cewek tsundere itu. Sifatnya yang egois, sombong, sok kuat, keras kepalanya itu sangat menjengkelkan sekali untuk diingat. Persetan dengan wajah cantiknya. Mulai detik ini, aku berjanji bahwa aku benar-benar tidak akan pernah memperdulikan dia sama sekali. Shit!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar