VOLUME 1 CHAPTER
8
“INSIDEN RUANG
UKS”
SMA Unggulan
Bangsa atau yang lebih dikenal dengan SMA UB adalah salah satu SMA unggulan
yang berada di kotaku ini. Gedung sekolahku ini dirancang bertingkat dengan 3
lantai. Lantai 1 untuk kelas siswa kelas 12, lantai 2 untuk siswa kelas 11 dan
lantai 3 untuk siswa kelas 10. Dan juga sekolahku ini dibangun diatas tanah
lapang yang cukup luas sehingga tak heran jika disekolahku ini terdapat
berbagai fasilitas tambahan seperti lapangan basket, lapangan futsal dan
laboratorium praktikum sekolah.
![]() |
SMA Unggulan Bangsa |
Ketika
diperjalanan setelah menyelesaikan hukumanku karena datang terlambat, aku
teringat sesuatu tentang letak kelasku.
“Kalau tidak
salah kelas 10 itu di lantai 3, kan?” ucapku pelan.
Bukankah itu
adalah suatu hal yang baik jika kelasku berada dilantai 3? Karena dengan begitu
aku tidak perlu capek-capek naik tangga ke atap sekolah. Otomatis setelah bel
pulang sekolah, aku hanya perlu menunggu suasana menjadi sunyi lalu pergi ke
atap sekolah. Ah.. aku sudah tidak sabar menantikannya.
Aku kemudian
teringat dengan luka gores yang kudapatkan saat menabrak mobilnya ayah Aura
tadi pagi. Aku pikir mungkin lebih baik jika aku mengobati terlebih dahulu luka
goresku ini sebelum masuk kedalam kelas. Aku pun berkeliling mencari letak
Ruang UKS. Karena masih asing dengan lingkungan sekolah ini, butuh waktu lama
bagiku untuk menemukan Ruang UKS di sekolah ini.
![]() |
Serius UKS? |
[Ruang UKS – Ekstrakulikuler
PMR – Harap lepas alas kaki anda]
Setibanya aku
didalam Ruang UKS, aku tidak melihat satupun perawat atau anggota Ekskul PMR
yang sedang bertugas didalamnya. Disana aku hanya melihat ada seorang murid
yang sedang berbaring diatas kasur dengan ditemani oleh 2 orang disampingnya.
Aku tak bisa melihat wajah mereka karena mereka menutupi wajah mereka dengan
tirai yang dipasang.
Aku kemudian
mengambil beberapa perban dan obat tetes yang berada didalam kotak obat. Karena
tidak ada satupun perawat atau anggota Ekskul PMR yang ada, aku pun terpaksa
mengobati luka goresku ini sendirian.
Selagi aku
mengobati lukaku ini, sepertinya murid yang berada dibalik tirai itu mulai bangkit
berdiri. Dia dan 2 orang disampingnya tampaknya sudah selesai dan hendak keluar
dari Ruang UKS ini.
Tirai yang mereka
pasang pun terbuka. Aku terlonjak kaget ketika melihat siapa sosok sebenarnya
dari mereka bertiga.
“Wah.. seriusan
ini?”
“Bukankah itu
Kepala Sekolah, Ketua OSIS dan cewek itu.. bukankah dia cewek tsundere di
bus tadi?” gumamku dalam hati.
![]() |
trio golongan atas |
Mereka bertiga
pun lalu berjalan untuk keluar dari Ruang UKS ini. Meskipun tak menegurku,
sepertinya mereka bertiga menyadari akan keberadaanku. Aku yang juga melihat
mereka memutuskan untuk memberi sedikit rasa hormatku dengan menundukan
kepalaku kebawah beberapa derajat.
Setelah selesai
mengobati lukaku, aku kemudian mengembalikan perban dan obat tetes yang kupakai
tadi kedalam kotak obat. Setelah itu, aku pun keluar dari ruangan ini.
Ketika aku
membuka pinta keluar Ruang UKS ini, aku terkejut ketika melihat cewek tsundere
yang belum lama ini barusan keluar dari Ruang UKS sedang berdiri bersandar ke tembok
koridor sekolah tepat didepan Ruang UKS.
![]() |
jangan ngelamun neng :v |
Suasana koridor
sekolah saat ini sangatlah sepi. Sepertinya murid-murid sekolah ini sedang
asyik didalam kelas mereka masing-masing dan guru-guru sepertinya juga masih berada
diruangan guru untuk menyiapkan bahan pembelajaran yang akan mereka berikan.
Hmm.. Aku
berpikir bahwa cewek tsundere itu sedang menunggu kedatangan seseorang. Satu
hal yang jelas dan yang kuyakini bahwa orang yang sedang dia tunggu pasti bukanlah
aku! Aku bukan orang yang gede rasa sampai-sampai mengharapkan bahwa orang yang
sedang dia tunggu itu adalah diriku.
Aku lalu
memutuskan untuk terus berjalan saja dan tidak menghiraukan dia yang masih
dalam posisi menyandar ketembok itu dengan lengan tangannya yang ia silangkan
ke dadanya. Ketika hanya beberapa langkah melewatinya, dia tiba-tiba berbicara.
“Kau.. Berhenti
disana!” ucapnya lantang dengan nada perintah.
Aku ragu bahwa
dia sedang berbicara padaku tapi jika mengingat kondisi koridor sekolah yang
sepi maka kemungkinan besar orang yang sedang dia ajak bicara adalah aku. Ahh..
sepertinya kali ini sifat gede rasaku benar-benar sedang diuji.
Aku berakhir
dengan memutuskan untuk tetap berjalan saja dan kembali tidak mengacuhkannya.
Aku harus bertindak hati-hati jika berurusan dengannya. Lebih-lebih sepertinya
dia punya koneksi khusus dengan Ketua OSIS bahkan Kepala Sekolah.
“Hei Aldini.. Apa
kau tidur mendengarku?” ucapnya dengan nada lantang.
Woy tunggu dulu..
darimana kau tahu namaku itu? Apa kita pernah satu sekolah? Tidak.. Tidak.. aku
yakin aku tidak pernah satu sekolah dengannya dulu.
Aku tidak bisa
menyembunyikan keterkejutanku saat mendengar namaku disebut oleh seorang cewek
yang tidak aku kenal sebelumnya. Aku lalu memutuskan untuk meresponsnya saja
dengan cara berbalik badan dan menoleh kearahnya.
![]() |
habis dah gue |
Dia lalu
melanjutkan perkataanya dengan menatapku cukup tajam.
“Tanganmu..
Tanganmu itu kenapa?”
Jujur saja baru
kali ini aku mendengar pertanyaan prihatin seperti itu diucapkan dengan nada
marah. Ngeri!
“Oh luka ini.. aku
hanya terpeleset tadi” jawabku bohong.
Tidak mungkin aku
bilang bahwa ini bekas tertabrak oleh mobil. Aku bukan orang yang berharap
ingin dikasihani oleh seseorang.
“Oh begitukah..”
ucapnya lega.
“Tunggu
sebentar.. Apa kau sedang mengkhawatirkanku?” tanyaku penasaran.
Dikhawatirkan
oleh seorang cewek cantik bukanlah itu adalah hal yang biasanya diinginkan oleh
cowok-cowok seusiaku ini? Atau mungkin dia mengkhawatirkanku karena terpesona
wajah gantengku ini? Wow.. aku tidak menyangka usahaku untuk berubah menjadi
pribadi yang baik langsung berbuah secepat ini.
Dia diam sebentar
lalu menarik nafas panjang. Kesenanganku seketika langsung pupus ketika dia
mulai berbicara kembali.
“Hah? Khawatir?
Mana mungkin aku mengkhawatirkan seorang cowok mesum. Najis banget” ucapnya
dengan nada mengejek.
“Mesum? Najis? Yo..
Bukankah perkataanmu itu terlalu kasar?” tanyaku kesal.
“Apa aku salah?
Kau cowok mesum di bus yang memegang tangan cewek sembarangan tanpa izin.
Bukankah yang kau lakukan itu termasuk perbuatan mesum?”.
“Sepertinya kau
salah paham tentang itu” jelasku tegas.
“Salah paham
katamu? Kalau begitu, beri aku alasan kenapa kau sampai berani-beraninya dibus
tadi memegang tanganku dan mendorongku untuk duduk dibangkumu?”
Aku terdiam untuk
beberapa saat. Mencoba memikirkan alasan yang tepat untuk aku katakan
kepadanya.
“Aku melakukan
hal tersebut karena aku melihat sepertinya dibus tadi kau tampak kelelahan”
“Aku kelelahan? Atas
dasar apa kau memutuskan lelucon seperti itu?”
“Kakimu bergetar,
wajahmu pucat sekali dan genggaman tanganmu itu terlalu kuat untuk dibilang
normal. Hm.. apa aku salah?”
Dia diam sebentar
lalu membuat sebuah senyum mengejek di bibirnya.
“Hei Aldini..”
tanyanya penuh percaya diri.
“Kenapa?” jawabku
singkat.
“Apa kau adalah tipe
orang yang kurang kerjaan? Tidak.. tidak.. Apa kau adalah orang gila yang mesum?
Aku tahu yang kau bilang tadi itu bohong. Jadi.. apa alasanmu sebenarnya sampai
melakukan semua hal aneh tersebut?
“Aku hanya ingin
membantumu. Itu saja”.
Kali ini dia
menatapku dengan matanya yang seakan merendahkanku.
“Oh.. aku tahu
trik murahan seperti ini. Kau pasti tadi sengaja menolongku karena sebenarnya kau tertarik
padaku kan? Jujur saja kau menyukaiku kan?”.
Oi.. oi apa-apaan
maksudmu? Kuakui bahwa wajahmu itu memang cantik tapi aku bukanlah tipe orang yang
hanya menilai seseorang hanya dari tampilan luarnya saja.
“Sudah kubilang kau
hanya salah paham.. Aku hanya ingin membantumu”.
Kali ini dia
merubah posisinya menjadi berdiri tegap, lalu dia berkata.
![]() |
woy dengerin! |
“Hei.. kau cowok
mesum. Biar aku perjelas saja... Semua leluconmu itu adalah sampah”.
“Aku adalah gadis
muda yang sehat. Aku bukanlah gadis manja yang langsung kelelahan hanya karena
berdiri dibus. Kakiku hanya kesemutan, lalu aku mengenggam tanganku kuat karena
takut jatuh dan wajahku.. wajahku memang putih pucat cantik seperti ini”
jelasnya tegas dan lantang.
Aku sudah menduga
bahwa dia akan mengelak dan mencari-cari alasan. Dasar kau cewek tsundere sok
kuat.
“Hm.. jadi begitu
rupanya. Lalu, kenapa kau barusan tadi berada di Ruang UKS?” tanyaku seakan
ingin menantangnya berdebat.
“Apa itu
urusanmu? Aku tidak punya kewajiban untuk memberitahu kegiatan pribadiku kepada
orang mesum sepertimu”.
Aku pun terdiam,
sepertinya aku sudah kalah berdebat dengannya bahkan ketika aku baru saja ingin
memulainya.
“Baiklah.. lalu
apa yang kau mau dariku?” jawabku menyerah.
“Minta maaf
padaku!” ucapnya lantang.
Aku bukanlah
orang kompleks yang mau repot-repot menghabiskan waktu untuk melakukan sesuatu
yang tidak berguna. Aku bisa saja menyudutkan dia dan membalikkan semua keadaan
yang sedang kualami ini. Tapi aku pikir lebih baik kali ini aku mengalah saja
dan memaafkan sifat egois dari cewek tsundere itu.
“Baiklah.. aku
minta maaf” ucapku tanpa ekspresi
Dia sepertinya
cukup terkejut karena aku langsung menuruti perkataannya tanpa protes sama
sekali.
“Bagus jika kau
cepat paham”.
“Dan satu hal
lagi.. Setelah ini, aku ingin kau jangan pernah coba-coba untuk berbicara
denganku lagi. Aku sudah tidak mau berhubungan dengan orang mesum sepertimu”
ucapnya penuh penghinaan.
“Yo--“
Belum selesai aku
mengucapkan kalimatku, dia sudah pergi meninggalkanku.
![]() |
Huuh.. dasar cowok mesum |
Aku hanya terdiam
saat dia menjauh dariku. Ada rasa kesal menyesakkan yang kurasakan setelah
berbicara dengannya. Jujur aku tidak terima dibilang cowok mesum jika mengingat
fakta bahwa sebenarnya aku itu menolongnya. Bukankah seharusnya dia itu
berterima kasih kepadaku alih-alih malah mengejekku?
[Arghh..]
Dasar cewek tsundere
itu. Sifatnya yang egois, sombong, sok kuat, keras kepalanya itu sangat
menjengkelkan sekali untuk diingat. Persetan dengan wajah cantiknya. Mulai detik
ini, aku berjanji bahwa aku benar-benar tidak akan pernah memperdulikan dia
sama sekali. Shit!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar